biem.co — Per September 2017, Kementerian Sosial Palestina memperkirakan lebih dari 49.000 orang di Gaza merupakan penyandang disabilitas. Satu per tiga dari mereka adalah anak-anak. Krisis energi dan lemahnya ekonomi di Gaza memperparah situasi mereka. Sekitar 90 persen dari penyandang disabilitas yang masuk dalam angkatan kerja tidak lagi dapat mencari nafkah, sementara 35,7 persen anak berhenti bersekolah karena disabilitas yang mereka miliki. Rumah sakit yang memberikan terapi bagi mereka, harus mengurangi jam operasi karena keterbatasan listrik.
Dilansir dari ACT News, pekan terakhir Juli lalu, giliran Rumah Sakit Indonesia, di Jabalia yang dikunjungi ACT. Sebanyak 50 orang mendapatkan pelayanan medis. Sementara 10 korban lainnya mendapatkan kursi roda.
Dari uluran tangan masyarakat Indonesia, Aksi Cepat Tanggap mampu membantu para penyandang disabilitas di Gaza. Sepanjang Juli 2018, ACT memberikan pelayanan medis serta alat bantu bagi penyandang disabilitas yang terdampak serangan Israel selama Great Return March atau pun serangan 14 Juli lalu. Berbagai rumah sakit dikunjungi, dan semuanya merasakan manfaat.
Ucapan terima kasih pun mengalir dari pasien yang diberikan bantuan, hingga pihak Rumah Sakit Indonesia. “Rasulullah pernah berkata, ‘Siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, tidak bersyukur kepada Allah.’ Kami di Rumah Sakit Indonesia mengucapkan terima kasih kepada ACT, masyarakat Indonesia, dan pemerintah Indonesia atas ketulusannya memberikan bantuan kemanusiaan untuk para pasien yang terluka. Mereka menerima pertolongan pertama, tongkat berjalan, dan kursi roda. Atas nama masyarakat Muslim di Jabalia, kami sangat berterima kasih,” tutur pihak Rumah Sakit Indonesia di Jabalia.
“Kami juga memberikan artificial limbs untuk mereka, tapi butuh tiga bulan untuk jadi. Sebab, semuanya dibuat custom sesuai kebutuhan masing-masing pasien,” kata Andi Noor Faradiba dari Global Humanity Response (GHR) ACT. [uti]