biem.co — Jika Anda pernah menonton film ‘The Mirror Never Lies’, Anda mungkin tahu sosok Dirmawan Hatta. Ia merupakan salah satu Penulis Skenario dalam film tersebut. Film ini berhasil meraih penghargaan sebagai skenario terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2011.
Tak hanya sebagai Penulis, sejak tahun 2013, ia juga mulai dikenal sebagai Sutradara lewat film layar lebar pertamanya berjudul ‘Optatissimus’.
Diketahui, film yang diperankan oleh Rio Dewanto, Nadhira Suryadi, dan Landung Simatupang ini merupakan dokumentasi perjalanan hidup dari Pdt. Abraham Alex Tanuseputra, gembala sidang dan pendiri dari Gereja Bethany Indonesia.
Beberapa waktu lalu, Dirmawan berkesempatan menghadiri acara Festival Film Banten 2018 yang digelar di Cilegon dan berlaku sebagai dewan juri di sana. Kepada biem.co, ia bercerita bahwa kedatangannya ke Banten bukanlah yang pertama kalinya.
“Sebelumnya aku pernah, kebetulan ke Cilegon juga, dulu tahun 1993,” katanya.
Menurutnya, jika dilihat secara karakter geografis dan sosiologis, Banten memiliki banyak hal menarik yang bisa diangkat ke dalam film. Sebagai Sutradara, ia sendiri sangat tertarik untuk membuat film berlatar Banten.
“Apalagi kalau yang main orang-orang sini (red: orang Banten). Selama ini, kan, selalu gitu. Orang Jakarta dateng ke daerah bawa pemain dan crew dari Jakarta terus berakting seolah-olah orang daerah. Dan mengambil sumberdaya daerah, habis itu pergi. Aku tidak ingin seperti itu, kalau bisa,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa ada banyak sisi yang bisa digali dari Banten ini. Seperti halnya sebagai tempat penyeberangan ke Pulau Sumatera. Belum lagi, katanya, orang Banten juga memiliki entitas kultur tersendiri.
“Kemudian dari sejarah… Lho, penjajah pertama kali datang ke sini, kan? Nah itu dia, sangat menarik. Aku nggak tau, ya, secara kultur dia (red: Banten) pasti sangat kaya karena pertemuan simpang jalan. Tetapi secara historis, dia juga sangat kaya,” tandasnya. (HH)