CITARUM, DAYEUH KOLOT
1
muka air naik. atap rumah merapung
—telau menggenang
2
bunyi kentongan. tangan hujan mengetok
bingkai jendela
3
nyawang genangan dari bubungan-atap
: hempangan butek
4
kasur naik ke atap. radio menyelam,
mujaer megap
5
air tidak akan lebih tinggi, dan lumpur
mengubur kota
2017
KATAPANG, LANGIT CERAH
tak perlu cemas akan: penghujan
–banjir. aku berenang
mengikut arus mau-Mu—hanya
sekejap. segera mati
tak ada lagi banjir. mendung lenyap
—sehembus nafas
2017
CITARUM, SANGHYANG TIKORO
bunyi arus air tersekat pada lubang
lava terendam
pertanda kalau danau bandung belum
mau surut. menggenang
—abadi. sampai anak ngebet kepada ibu
dan sanghyang
meradang—danau mengering dan perahu
membatu. kekal
2017
Baca Juga
CINGCIN, SOREANG, PATUHA
1
lingkaran ingat, lingkar kebersamaan
—pelan melonggar
2
menyusur ingat. pelan mengenangkannya
—sebelum surut
3
meninggi serta makin tinggi. ingatan
surut—ruh berai
2017
BUKIT-BUKIT CIWIDEY
jejak telaga. bekas rindu menyusur
—setapak gunung
kini menjelma: labirin. lorong sempit
sentuhan angin
gerimis. kabut. nafas mengepul asap
—wangi uap bandrek
(nasi hangat dan sambal oncom,
peda dan jengkol digoreng)
terpikir: kapan sangkuriang lahir?
ia, pernahkah botram?
lantas bersandar setelah makan
—lantas lelap mengantuk
2017
*) botram : pergi piknik serta makan-makan
Beni Setia, (lahir di Bandung, Jawa Barat, 1954), adalah seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa cerita pendek, esai sastra, dan puisi yang dipublikasikan ke berbagai media massa.
Puisi-puisinya banyak di muat dalam publikasi nasional seperti, Berita Buana, Sinar Harapan, Pikiran Rakyat, Mangle, dan Puisi Indonesia 83 (Buku II); juga dimuat dalam antologi Yang Muda (1978), Senandung Bandung (1981), dan Festival Desember (1981), dan Linus Suryadi AG (ed.), serta Tonggak 4 (br, 1987). Buku pertamanya berjudul Legiun Asing diterbitkan pada tahun 1987.
Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.