biem.co — Asian Games 2018 akan segera digelar mulai 18 Agustus mendatang. Ada sebanyak 40 cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan di ajang olahraga terbesar se-Asia tersebut. Salah satunya adalah modern pentathlon.
Mungkin di antara Sobat biem masih banyak yang belum mengenali jenis olahraga ini. Modern pentathlonmemang terbilang baru di Indonesia. Dan di perhelatan Asian Games nanti, pertandingan cabor ini digelar di APM Equestrian Center yang berlokasi di Jalan Arya Wangsakara, Desa Tapos, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Cabor ini pernah dipertandingkan beberapa kali di Asian Games sebelumnya. Namun, tahun ini menjadi kali pertama Indonesia mengirimkan atlet pelatnasnya untuk bertanding di cabor tersebut.
Nah, seperti apa, sih, olahraga modern pentathlon ini?
Modern pentathlon adalah jenis olahraga yang memadukan lima olahraga sekaligus, di antaranya adalah anggar, renang gaya bebas 200 meter, berkuda lompat rintangan, menembak dengan pistol, dan lari cross-country 3.200 meter.
Jika menilik sejarah, olahraga yang didirikan oleh Baron Pierre De Coubertin ini sudah ada sejak olimpiade di Stockholm tahun 1912. Kemudian diubah menjadi modern pentathlon saat olimpiade di Beijing tahun 2009 silam. Yang menjadi berbeda adalah jenis olahraga yang dipadukan. Pada saat namanya pentathlon, olahraga yang dipadukan yakni lompat jauh, lempar lembing, lempar cakram, lari, dan gulat.
Dalam acara gathering Blogger Banten di SMA Adria Pratama Mulya (APM), Glenn Clifton Apfel, perwakilan Modern Pentathlon Indonesia (MPI) menjelaskan teknis permainan olahraga ini.
Dikatakan Glenn, dari lima cabang yang ada, hanya dua pilihan olahraga yang bisa dipilih para atlet di awal pertandingan. Kedua olahraga tersebut yakni renang (swimming) dan anggar (fancing).
“Dua olahraga ini sangat individual. Jadi nggak masalah mau yang mana duluan, karena dia berebut dengan poin. Renang berpacu dengan waktu. Poinnya sekian. Di anggar juga sama,” jelas pria yang kerap disapa Coach Glenn, Rabu (18/07).
Kemudian, lanjutnya, poin yang diraih dari kedua cabang tersebut menentukan atlet memilih kuda untuk pertandingan selanjutnya, yaitu berkuda lompat rintangan. Setelah itu, barulah berlari lalu menembak.
Menurut Glenn, yang merupakan mantan atlet menembak dan saat ini menjadi pelatih menembak atlet pelatnas Asian Games, menembak yang menjadi cabang terakhir dalam pertandingan ini menjadi kunci utamanya. “Semua boleh jago, tapi nembak lemah, selesai,” ujarnya.
Tidak diragukan lagi, dibutuhkan strategi jitu agar bisa memenangkan pertandingan olahrga ini. Sehingga, Glenn sendiri pun menyebut bahwa modern pentathlon ini menjadi salah satu olahraga tersulit yang pernah ada.
“Olahraga ini olahraga gila. Ada tiga yang dicombine dalam olahraga ini; body, mine, and soul. Itu semua tentang keharmonisan. Hebat di satu cabang, nggak jaminan menang. Hebat di tiga jenis? Nggak jaminan kalau nembaknya nggak bisa. Jadi harus precision. Di samping dia kuat, di samping dia punya speed, perlu kombinasi keharmonisan,” pungkas yang juga merupakan Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Bidang Target PB Perbakin. (HH)