biem.co – Pada 7 Juli lalu, pasukan Suriah mengangkat bendera nasional di titik persimpangan perbatasan, tiga tahun setelah kalah dari pemberontak.
Dikutip dari ABC News Senin lalu, serangan pemerintah Suriah untuk merebut kembali Provinsi Daraa dari gerilyawan, yang dimulai pada 19 Juni, membuat 330.000 orang kehilangan rumah. Pertempuran di daerah perbatasan, berhenti pada 6 Juli, di bawah kesepakatan damai yang dimediasi oleh Rusia.
Kembalinya para pengungsi ke wilayah yang kini dikuasai pemerintah itu, terjadi dua hari setelah pasukan Suriah kembali mendapat kendali atas perbatasan Naseeb dengan Yordania.
Anders Pedersen, koordinator utama isu kemanusiaan pada PBB di Yordania, mengatakan kepada wartawan bahwa hanya 150 hingga 200 warga Suriah yang tetap berada di dekat titik penyeberangan penting ke Yordania.
“Namun situasi tetap sangat sulit, dan ini menjadi perhatian besar bagi kami,” kata Pedersen kepada wartawan, mengulangi seruan untuk penghentian permusuhan agar memungkinkan operasi kemanusiaan dan tercapainya penyelesaian politik terkait krisis Suriah.
Para aktivis oposisi Suriah melaporkan penembakan dan serangan udara cukup intens di desa Um al-Mayadeen yang dikuasai pemberontak, beberapa kilometer di sebelah utara perbatasan Naseeb.
Badan bantuan internasional CARE mengatakan kepada The Associated Press pada Minggu lalu, bahwa ribuan pengungsi Suriah telah bertolak kembali dari wilayah perbatasan dengan Yordania. Mereka dikabarkan pulang ke berbagai kota dan desa yang baru-baru ini menandatangani perjanjian rekonsiliasi dengan pemerintah Suriah.
CARE mengatakan bahwa, gelombang orang telah pindah ke Daraa barat dan Quneitra, ketika pasukan pemerintah menguasai daerah-daerah di tenggara negara itu.
“Mereka sangat membutuhkan makanan, tempat tinggal dan air bersih, yang langka dan sangat mahal karena tingginya permintaan di daerah-daerah padat penduduk,” jelas salah seorang juru bicara CARE.
Pedersen mengatakan organisasi-organisasi PBB perlu menanggapi populasi di Suriah barat daya, terutama terkait hunian para pengungsi yang kembali dari perbatasan Yordania dan Dataran Tinggi Golan, di mana mereka menyelamatkan diri dari serangan udara dan penembakan dalam beberapa minggu terakhir. [uti]