biem.co — Setelah Aleppo, lalu Ghouta Timur, satu pekan terakhir serangan brutal lain sedang menggempur wilayah Daraa, Suriah, sebuah wilayah di Selatan Suriah, dengan populasi lebih dari sejuta warga sipil.
Rentetan rudal dan artileri menuju Suriah masih belum berakhir. Panggilan darurat kemanusiaan pun telah disuarakan oleh sejumlah aktivis dan grup kemanusiaan yang berbasis di Suriah. Hingga 2 Juli lalu, sedikitnya sudah ada 200 jiwa warga Daraa tewas akibat rentetan serangan udara yang dihempas rezim Suriah.
Berdasarkan laporan dari ActNews, Serangan fatal terakhir dilaporkan terjadi pada Jumat (29/06) kemarin. Jet tempur Rusia yang dijadikan senjata utama rezim Suriah, terbang rendah di atas langit Daraa. Dengan rudal dan artileri berat lain, serangan udara tak henti dilesatkan. Kabar duka lainnya, Kamis (28/6), serangan udara dari rezim Suriah pun menyebabkan sedikitnya 16 anak-anak Daraa tewas.
Sementara itu, imbas rentetan serangan ke Daraa, tak hanya kabar jumlah korban tewas yang menjadi ketakutan dunia. Perwakilan PBB untuk Suriah, De Mistrura menegaskan, krisis kemanusiaan di Daraa akan semakin mengkhawatirkan ketika laju deras pengungsi asal Daraa tak ada yang bisa menampung.
Baca Juga
Rudi Purnomo dari Tim Global Humanity Response ACT mengatakan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) terus berkomunikasi dengan pihak mitra di Suriah, menimbang berbagai peluang paling aman untuk mengirim bantuan masuk ke Daraa.
“Daraa saat ini sedang berada pada fase darurat dan sangat berbahaya. Distribusi bantuan sangat diperlukan. Tetapi mitra kami di dalam Suriah mengabarkan bahwa situasinya masih sangat tidak pasti. Kabar terbaru terus kami tunggu dari dalam Daraa sampai pihak-pihak mitra di sana memastikan keadaan cukup aman untuk mempekerjakan relawan dan mendistribusikan bantuan,” tegas Rudi.
Fokus utama memenuhi kebutuhan pengungsi asal Daraa, Rudi menjelaskan kebutuhan dasar yang paling dibutuhkan pengungsi saat ini adalah tenda, selimut, dan paket logistik. (uti)