BANTEN, biem.co – Semua orang tahu, sejarah mencatat, bahwa wilayah laut Banten (dahulu) merupakan salah satu jalur laut potensial, dan merupakan salah satu jalur lalu lintas laut yang strategis karena dapat dilalui kapal-kapal besar yang jalurnya menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara (Thailand, Malaysia, dan Singapura).
Wilayah laut yang strategis ini, tidak terlepas dari keberadaan beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai alternatif pelabuhan di Jayakarta, dan (bahkan) menurut beberapa sumber, dimaksudkan juga untuk menjadi pelabuhan alternatif selain Singapura. Salah satu pelabuhan terbesar pada abad 17 itu adalah Pelabuhan Karangantu, yang saat itu merupakan yang terbesar kedua setelah Pelabuhan Sunda kelapa di Jayakarta.
Namun, jika melihat potret Pelabuhan Karangantu saat ini, semua orang pasti merasa miris. Pasalnya, meski masih digunakan dalam arus laju kendaraan laut untuk penumpang, nelayan, dan para pelancong yang ingin menyeberang ke pulau-pulau di sekitar Selat Sunda (Pulau Tiga, Pulau Empat, Pulau Lima, dan Pulau Tunda), kondisi pelabuhan dan sekitarnya, saat ini terkesan tidak terurus dan diperlakukan layaknya perkampungan nelayan kumuh.
Video ini memperlihatkan bagaimana daerah di sekitarnya pelabuhan terlihat sangat kumuh. Infrastruktur jalan yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah setempat, seolah dibiarkan hancur dan tidak diperhatikan. (EJ/video: IYE)
