JAKARTA, biem.co — Permainan tradisional digunakan sebagai sarana untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya dan norma-norma sosial kepada anak usia dini. Hal ini disampaikan oleh akademisi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Kamis (21/06).
“Permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mangadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran yang sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakaat,” kata Andi Muhammad Aswan, kepada biem.co.
Selain itu, dirinya mengatakan dengan berjalannya waktu, permainan tradisional di Indonesia akan semakin terkikis. Maka, lanjutnya, seharusnya permainan tradisonal di Indonesia diterapkan kepada anak usia dini.
“Permainan tradisional merupakan salah satu permainan Indonesia yang hidup dan berkembang dalam masyarakat secara regenerasi,” ungkapnya.
Indonesia sendiri memiliki berbagai macam permainan tradisional, salah satunya berada di Kabupaten Bone, khususnya Kecamatan Kahu Kelurahan Palattae, seperti ma cukke, ma boy, mangasing, mabelle, madempe, karambol, mabom, kaje-kaje, engkle, dan sejenisnya.
“Semua permainan tersebut sering dijumpai, tetapi yang paling sering digunakan untuk mengisi acara perlombaan dan acara -acara adat daerah bone adalah permainan tradisional kaje-kaje. Di satu sisi, unsur permainan tradisional mengajarkan tentang kejujuran, sportivitas, kecermatan, kelincahan, dan bekerjasama,” sambungnya.
Dalam permasalahan yang berkembang saat ini, Andi mengungkapkan ketidaktahuan anak-anak usia dini serta anak muda terhadap permainan tradisional.
“Permasalahan yang dihadapi yaitu ketidaktahuan anak-anak bahwa permainan tradisonal merupakan salah satu cara mengajarkan kebugaran tubuh, khususnya pada anak-anak seusia Sekolah Menengah Pertama. Di dalam permainan tradisional belum dikemas dalam bentuk modifikasi, dan produk,” ujarnya.
Setelah melakukan pengamatan, dirinya pun menyampaikan permainan tradisional di kalangan Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat jarang dijumpai.
“Berdasarkan observasi melalui pengamatan Sekolah Menengah Atas model materi ajar pendidikan olahraga dan jasmani berbasis permainan khas Indonesia masih sangat jarang jumpai,” ujarnya.
Dengan hasil pengamatan tersebut, Andi berharap agar para Guru yang ada di Indonesia ikut termotivasi untuk mengembangkan pendidikan jasmani dan rohani.
“Hasil dari tersebut sangat agar kiranya guru pendidikan jasmani yang ada di Indonesia termotivasi untuk mengembangkan materi ajar pendidikan jasmani dan rohani yang bersifat menyenangkan, menghibur, tidak mahal, mudah dilakukan, dan di tempat terbuka,” terangnya.
Produk yang dihasilkan sesuai untuk kebugaran anak yang dapat menarik perhatian siswa Pada hakekatnya permainan tradisional dimainkan secara individu dan berkelompok. Hal ini dapat membentuk pula karakter anak yang berjiwa sosial,” tutupnya. (IY)