biem.co — Adakah Sobat biem mampu mengerjakan multi kegiatan dalam satu waktu? Atau barangkali kamu adalah orang yang cenderung fokus dalam satu kegiatan saja? Banyak yang berpendapat, bahwa dengan fokus satu kegiatan akan melahirkan kreativitas yang unggul. Namun nyatanya ada fakta lain dari kebiasaan tersebut.
Seperti dilansir dari laman BBC, Alexander Graham Bell tidak gemar melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan. Penemu telepon itu yakin, kreativitas muncul dari konsentrasi dan pemusatan pikiran.
“Konsentrasikan seluruh pikiran anda sekaligus,” kata Bell kepada Orisson Swett Marden, penulis buku inspiratif di awal abad ke-21 berjudul How They Succeded.
“Sinar matahari tak akan dapat membakar suatu benda sebelum difokuskan ke titik tersebut,” ujar Bell.
Belum lama ini, kajian psikologi menemukan kecenderungan yang diutarakan Bell, bahwa kita lebih efisien–dan lebih teliti pada pekerjaan yang membutuh akurasi–ketika mengarahkan seluruh pikiran ke arah yang sama.
Namun sejumlah penelitian terhadap hal-hal pengalih perhatian meragukan argumentasi itu, setidaknya soal pekerjaan kreatif yang lekat dengan citra Bell.
Ketika Anda berupaya mendapatkan ide baru, fokus yang terlampau tajam barangkali akan menjadi bumerang bagi Anda. Pengalihan fokus sebenarnya justru dapat mendorong peluang Anda menemukan solusi baru atas persoalan Anda.
Klausul ini bergantung pada fakta bahwa pikiran Anda kerap tersangkut dalam kebiasaan-kebiasaan. Artinya, kita menghabiskan begitu banyak waktu berkonsentrasi pada gagasan pertama yang kita pikirkan dan tidak berupaya meraih jalan keluar baru.
Situasi itu disebut sebagai fiksasi kognitif. Banyak Psikolog kini menganggapnya sebagai penghambat kreativitas yang paling utama.
Untuk mencari tahu apakah kerja ganda (multi tasking) sebenarnya dapat membantu kita mengubah kebiasaan, Jackson Lu dan tim dari Sekolah Bisnis Kolombia menggunakan tes laboratorium awam atas kreativitas.
Peserta tes harus memikirkan sebanyak mungkin kegunaan suatu benda, misalnya mangkuk dapur, dalam rentang waktu tertentu.
Peserta tes harus dua kali menyelesaikan tugas, menemukan fungsi lain batu bata dan tusuk gigi. Perbedaan satu-satunya adalah beberapa di antara mereka diminta mengerjakan perintah itu berurutan: mendaftar seluruh kegunaan batu bata, lalu mengalihkan fokus ke tusuk gigi.
Dalam waktu yang sama, para peserta lain diminta menjawab kegunaan batu bata dan tusuk gigi secara selang-seling.
Merujuk pendapat Bell tentang pemusatan konsentrasi sebagai kunci kreativitas, Anda mungkin menganggap peserta pertamalah yang akan memberikan jawaban lebih tepat. Tapi para peneliti menemukan fakta sebaliknya.
“Ketika mereka merasa menuju kesuksesan, realitanya, ketika berpikir tanpa jeda dalam menjawab dua hal berbeda, perkembangan ide mereka terbatas.”
Dari banyak ide yang mereka hasilkan untuk mengetahui gagasan anyar (seperti yang dinilai oleh juri independen), performa peserta yang bertugas ganda ternyata lebih mumpuni.
Untuk mencari bukti lainnya, tim itu lalu mengamati tes pemusatan pikiran. Dalam tes itu, Anda akan diberi tiga kata, misalnya siasat, tugas, dan membiarkan. Anda harus memikirkan kata yang berkaitan dengan ketiganya (red: kata pengganti).
Tes tersebut bertujuan mengukur kemampuan menemukan keterkaitan konsep yang terlihat tidak saling berhubungan. Tidak seperti tes menjawab dua hal secara selang-seling sebelumnya, Anda mencari satu jawaban yang muncul seketika dalam benak Anda.
Sekali lagi, beberapa partisipan diminta mempertimbangkan dua persoalan secara simultan, memindahkan atensi di antara dua hal itu, sementara peserta lainnya diminta mencermati permasalahan itu secara berurutan.
Hasilnya lebih mencengangkan dibandingkan tes sebelumnya. Sebanyak 51% peserta yang melakukan tugas ganda dapat memecahkan dua persoalan.
Jumlah itu tiga kali lebih besar dibandingkan 14% partisipan sukses lainnya yang menjawab persoalan secara berurutan. Barangkali keuntungan terbesar dapat ditemukan dalam grup curah pendapat–sesuatu yang melekat kepada kita selama selama pertemuan kerja–yang kerap melibatkan banyak pembicaraan tanpa jalan keluar.
Persoalannya, selain menghadapi fiksasi kognitif yang dialami para peserta tes, grup itu sebenarnya terdistraksi gagasan yang dilontarkan kolega mereka, bukan karena mempertimbangkannya.
Akibatnya, tim yang bekerja sama itu sering menghasilkan lebih sedikit ide dibandingkan orang-orang yang bekerja sendirian atau secara independen.
“Ada banyak temuan yang menunjukkan, bekerja dalam grup tidaklah efisien. Perbaikan kecil akan memberikan dampak positif,” kata Ut Na Sio dari Universitas Pendidikan Hong Kong, seperti dikutip dari bbc.com.
Bersama sejumlah rekannya dari Universitas Carnegie Mellon, Sio memperlihatkan, memaksa kelompok siswa melakukan tugas ganda–menuntaskan dua persoalan sekaligus–dapat menghentikan dinamika tersebut.
Kelompok siswa itu, kata Sio, dapat menemukan solusi yang lebih kreatif hingga pertanyaan tentang cara memperbaiki kampus, termasuk strategi yang potensial meningkatkan aktivitas fisik siswa atau mengukur hingga menggenjot akses bagi penyandang disabilitas.
Penting pula, manfaat kerja ganda sepertinya terus berkembang dari waktu ke waktu. Jadi, semakin lama siswa bertukar pikiran, semakin menguntungkan pula mengerjakan tugas secara selang-seling.
“Ketika Anda bekerja dalam tim dan terus-menerus mendengarkan ide yang monoton, fiksasi akan meningkat,” ujar Sio.
“Namun beralih dari satu persoalan ke persoalan lainnya mendorong Anda melupakan ide yang tipikal. Artinya, ketika anda kembali persoalan awal, Anda akan cenderung memikirkan gagasan baru,” tuturnya.
Tak butuh banyak imajinasi untuk memikirkan cara sesegera mungkin menerapkan temuan ini. Jika anda tengah bergelut menemukan judul kreatif untuk proyek atau nama produk, Anda mungkin terdorong mencurahkan waktu yang baku untuk memikirkannya secara mendalam.
Namun penelitian ini menyarankan Anda meletakkan buku catatan di sebelah komputer dan menuliskan ide baru tatkala Anda tengah mengerjakan hal lain.
Merujuk temuan-temuan ini, Anda lebih baik mengambil dua gagasan yang anda favoritkan, lalu mengembangkannya secara terus-menerus. Ini lebih baik ketimbang membenamkan diri anda dalam satu perihal.
Secara sederhana, kajian ini barangkali adalah dalih untuk mengambil jeda. “Saat Anda mengerjakan suatu hal yang berkaitan dengan kreativitas, agendakan istirahat untuk menyegarkan cara pandang Anda,” kata Lu.
Menariknya, Lu menemukan fakta, ketika seseorang ditanyai cara terbaik mendorong kreativitas, banyak orang mengambil cara pandang Bell, bahwa konsentrasi merupakan kunci.
Sebagian orang secara alamiah berusaha meningkatkan fokus saat mereka menghadapi persoalan yang berhubungan dengan daya cipta.
Namun setelah kerap melakukan tugas ganda, seharusnya tak perlu upaya besar untuk melepaskan tali kekang pikiran tatkala kita merenungkan persoalan yang rumit. (IY)