“Seorang hamba benar-benar akan terhalang rezekinya karena dosa yang ia lakukan.”
BERUNTUNGLAH BAGI SIAPA yang, ketika mati, mati pula dosa-dosanya. Ada yang mengatakan, “Dosa yang paling besar adalah orang yang menzalimi orang lain yang tak mengenal dan melihatnya.” Barang siapa taat kepada Allah, Dia akan menundukkan segala sesuatu kepadanya.
Dan, siapa yang durhaka kepada-Nya maka Dia tundukkan orang itu kepada semua hal dan menjadikan segala sesuatu menguasainya. Andaikan dalam keterus-menerusan melakukan dosa tidak ada balasan, melainkan segala hal yang menimpanya, seperti keluasan, kesempitanm sehat dan sakit itu menjadi hukumannya, maka cukuplah itu untuknya. Sekiranya dalam meninggalkan maksiat tidak ada balasan selain kebalikannya, hal itu pun sudah mencukupinya.
Sesungguhnya, seorang hamba benar-benar akan terhalang rezekinya karena dosa yang ia lakukan. Laknat itu bukan berupa hitam di wajah atau berkurangnya harta, tetapi laknat adalah setiap kali orang keluar dari satu dosa, ia jatuh kembali ke dalam dosa yang sama, atau lebih buruk.
Karena itu, jangan sampai ketika tobat engkau lebih lemah daripada saat berbuat dosa, sepanjang engkau mengingkari bergantinya masa, saudara, dan istri. Karena dosa-dosa melahirkan itu semua.
Lebih dari itu, dosa-dosa itu akan melahirkan pengingkaran terhadap penciptaan binatang melata dan tikus rumah, melupakan al-Quran atau sebagian ilmu, serta bacaan al-Quran dari orang-orang merdeka.
Sehingga hukuman itu menjadi tempat untuk kesulitan dan keberatan. Hukuman masing-masing dari segi kesamaan sampai pada persoalan mimpi. Bisa jadi hukuman bagi dosa adalah dosa yang setimpal manakala dosa itu besar. Seperti halnya pahala ketaatan. Dan, tiada daya dan kekuatan kecuali atas pertolongan Allah swt.
***
Naskah terakhir di Ramadhan 1439 H, Selamat Hari Raya ‘Idul Fitri 1439 H, Mohon maaf lahir dan bathin. ^_^
***
*) Naskah diambil dari buku “Taman Kebenaran; Sebuah Destinasi Spiritual Mencari Jati Diri Menemukan Tuhan” yang diterbitkan Turos. Terjemahan singkat dari Kitab Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin karangan Imam al-Ghazali. Penerjemah: Kaserun AS. Rahman.
