“Orang yang ber-akhlak mulia berarti telah mendorongmu meminta kepadanya dan selalu minta maaf, berlawanan dengan pelaknat yang selalu membanggakan diri.”
ALLAH SWT. BERFIRMAN, yang artinya;
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raf [6]: 199)
Artinya, memaafkan orang yang berbuat zalim kepadamu dan memberi orang yang tidak mau memberimu; menyambung hubungan dengan orang yang memutus hubungan denganmu; mengabaikan orang yang menjahilimu; berbuat baik kepada orang yang berbuat buruk kepadamu. Rasulullah saw. diutus membawa akhlak mulia, beliau bersabda, yang artinya;
“Ya Allah, ampunilah kaumku karena mereka tidak mengerti.”
Dan termasuk bentuk-bentuk kedermawanan yaitu menyebarkan salam, memberi makanan, menyambung silaturahmi, shalat malam saat orang-orang tengah tidur, dan menggapai kemuliaan dengan menjauhi hal-hal haram.
Adapun akhlak mulia yang menjadi amalan penduduk surga diantaranya ucapan lembut yang diikuti dengan perbuatan mulia, dan membalas orang yang berbuat baik lebih dari kebaikan yang dilakukannya.
Orang yang berakhlak mulia berarti telah mendorongmu meminta kepadanya dan selalu meminta maaf, berlawanan dengan pelaknat yang selalu membanggakan diri. Ia senantiasa melupakan kesalahan saudara-saudaranya, bergegas memenuhi hajat mereka, serta mencurahkan dunia untuk orang yang membutuhkannya.
“KEHORMATAN DAN KEKAYAAN ITU KELUAR DAN BERKELILING, LALU MEREKA BERTEMU DENGAN QANA’AH DAN MENETAP DI DALAMNYA.”
***
*) Naskah diambil dari buku “Taman Kebenaran; Sebuah Destinasi Spiritual Mencari Jati Diri Menemukan Tuhan” yang diterbitkan Turos. Terjemahan singkat dari Kitab Raudhatu ath-Thalibin wa ‘Umdatu as-Salikin karangan Imam al-Ghazali. Penerjemah: Kaserun AS. Rahman.