biem.co – Mendapatkan balasan cinta dari seseorang yang dikasihi adalah keinginan bagi setiap orang yang sedang jatuh cinta. Mencintai seseorang yang tak bisa dimiliki menjadi sebaliknya.
Patah hati bisa menghadirkan perasaan emosional seperti rasa sakit dan kesedihan. Sebagian orang mungkin bisa dengan cepat melupakan hal tersebut, namun sebagian yang lain bisa jadi sulit menghilangkan luka pahit yang dirasakannya. Tak jarang, orang bisa mengalami depresi akibat perasaan itu.
Bahkan, ada satu penelitian yang mengungkapkan tentang ‘sindrom patah hati’ atau dalam Bahasa Jepang dikenal dengan Takotsubo Cardiomyopathy (stress cardiomyopathy). Dilansir dari Independent, sindrom ini bisa menyebabkan efek jangka panjang pada kesehatan jantung.
Menurut Dr Nicole Harkin, seorang Ahli Jantung dan Asisten Professor Klinis di New York University, sindrom ini memang memiliki gejala yang identik dengan serangan jantung, termasuk nyeri dada atau sesak napas.
“Sindrom patah hati terjadi ketika fungsi pompa jantung seseorang menurun untuk menanggapi tekanan fisik atau emosional yang kuat. Tidak sepenuhnya diketahui mengapa itu terjadi, tetapi diduga karena efek merugikan dari gelombang katekolamin yang tiba-tiba,” ungkapnya.
Sindrom patah hati ternyata lebih sering terjadi pada wanita dan orang tua antara usia 58-75 tahun. Dalam banyak kasus, Dr Harkin mengatakan bahwa mereka yang mengalami sindrom tersebut akan pulih dan kembali normal dalam beberapa minggu.
“Namun dalam kasus yang parah, sindrom patah hati dapat menyebabkan kematian mendadak, dengan gagal jantung terjadi pada sekitar 20 persen pasien,” pungkasnya. (HH)
