KOTA SERANG, biem.co – Kamis (26/04), Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten menggelar Studium General Dakwah dan Komunikasi Politik yang dihadiri oleh ratusan mahasiswa berlangsung di Aula Rektorat lantai tiga dengan tema ‘Politisasi Agama Menjelang Tahun Politik 2019’. Acara ini dibuka langsung oleh Rektor UIN SMH Banten, Prof. Fauzul Iman.
Suadi Saad selaku Dekan Fakultas Dakwah mengungkapkan, acara ini memang sudah biasa dilakukan oleh semua fakultas di UIN dan sudah ada anggaranya masing-masing. Tujuan dari acara tersebut yang pertama untuk melakasanakan program yang sudah diperbaiki, kemudian yang kedua untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan para administrasi fakultas dakwah, dan yang selanjutnya untuk mengawal pemilu agar tidak ada politisasi agama.
“Dengan adanya diskusi ini mahasiswa dapat menyimak dengan baik, yang kemudian tidak ada lagi politisasi agama saat tahun politik. Selanjutnya narsum bisa menjelaskan kuliah umum kali ini dengan detail tentang politik,” ujar Suadi.
Dalam acara ini hadir narasumber dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN SH) Jakarta sekaligus pengamat politik Indonesia, Gun Gun Heryanto yang akan mengisi kuliah umum kali ini, dan di penghujung acara akan ada sesi diskusi tanya jawab dengan mahasiswa.
Ia berharap mahasiswa dapat menyimak dengan baik dan bisa mengaplikasikan ilmunya yang didapat saat kuliah umum berlangsung.
Gun Gun Heryanto menuturkan, politisasi agama akan menguat dan tinggi, terutama polarisasi yang sudah terbentuk pada tahun 2014, maka sentiment yang sudah terbangun pada 2014 itu akan kembali mendapatkan momentumnya.
“Stritment yang sangat mudah masuk yaitu isu-isu agama, suku, dan budaya. Isu agama juga sangat bermacam-macam, misal antara pro dan kontra terhadap kebijakan-kebijakan yang punya tendesi ke umat Islam sebagai mayoritas. Bagi saya menggunakan proses isu agama sama halnya tidak menyehatkan bagi proses konsolidasi demokrasi,” ungkap Gun Gun.
Oleh karena itu, lanjutnya, sebaiknya memang pada tahun 2019 kita harus naik kelas yaitu menyelenggarakan sebuah gerakan yang harus menghormati perbedaan dengan pertarungan gagasan program, bukan hanya semata-mata sentiment suku ras antar golongan yang bisa membakar bangunan ke Indonesian dan kebhinekaan. (Juanda)