KOTA SERANG, biem.co – Puluhan mahasiswa menyimak keseruan diskusi sosial yang bertajuk ‘Babi-Babi Sangiang’ yang diadakan di Padepokan Kupi, Kaloran, Kota Serang, Selasa (27/03). Peri Sandi, Fasilitator Laboratorium Banten Girang mengungkapkan, bahwa tema yang pihaknya angkat sangat unik dan bahkan mungkin langka, karena ini pilihan terkait Sangiang.
Ia menambahkan, alasannya menyelenggarakan kegiatan ini karena melihat masayarakat Sangiang tidak bisa hidup. “Perusahaan di sana telah membawa babi, sehingga tanaman di sana tidak bisa tumbuh secara normal, bahkan mati,” jelasnya.
Bukan hanya itu, lanjutnya, tapi juga kerakusan perusahaan yang tidak bisa terbatasi, baik sesama tetangga maupun perusahaan di sana. “Tentu kami pun mengundang dua narasumber, Muhibudin dan Budi, selaku Pakar Sejarah tentang Sangiang, dan juga tahu sedikitnya perkembangan di sana,” ungkapnya.
Adapun diskusi sore dilakukan dengan santai, saresehan ngopi bareng serta diiringi juga dengan pertunjukan teater yang akan dilakukan malamnya. Kemudian, kata Peri, acara gerakan ini akan terus diwacanakan di Pandeglang, Jakarta, Tanggerang dan juga Bandung.
“Dan akan terus kami perluas agar gerakan kecil ini bisa terlaksana dan konsisten. Agar suatu saat bisa menjadi gerakan yang lebih besar,” imbuhnya.
Pihaknya pun akan terus berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan diskusi dan pertunjukan teater ini. “Kami tidak mau kemudian hari, kajian ini hanya sebatas hari ini saja. Kita akan terus berproses,” ujarnya.
Ia berharap semoga permasalahan Sangiang ini bisa menumbuhkan titik cerah. Selain itu, ia pun mengimbau kepada peserta yang hadir untuk setia dalam mewacanakan proses yang jangkanya cukup panjang ini.
“Ketika Sangiang dijadikan tempat pariwisata, jadilah wisatawan yang kritis, serta peduli terhadap permasalahan di sana. Agar tidak terjadi lagi konflik masyarakat dan perusahaan,” tandasnya. (Juanda)