biem.co – Bagi beberapa orang yang sudah merasa tak nyaman karena berat badannya bertambah, diet menjadi pilihan terbaik yang biasanya ditempuh. Namun, ternyata diet ini memiliki berbagai jenisnya. Sebut saja yang sedang populer belakangan ini, yakni diet atkins dan diet ketogenik.
Kedua jenis diet ini disebut-sebut sama-sama memiliki hasil efektif dalam menurunkan berat badan. Apakah Sobat biem pernah mendengar tentang kedua jenis diet tesebut? Di sini, biem.co akan sedikit merangkum perbedaan kedua jenis diet tersebut, yang dihimpun dari berbagai sumber. Simak, yuk!
Diet Atkins
Secara sederhana, diet atkins seringkali disebut sebagai diet rendah karbohidrat namun tinggi protein. Diet ini rupanya sudah ada sejak awal 70-an yang pertama kali diluncurkan oleh seorang Kardiolog bernama Dr. Robert C. Atkins. Disebut rendah karbohidrat, karena diet ini menganjurkan Sobat untuk membatasi karbohidrat hanya 20 gram saja.
Menurut Ahli Gizi Edwina Clark, asupan lemak dan protein yang tinggi pada diet ini bisa membuat perut lebih lama kenyang dan menekan produksi hormon lapar. Diketahui, bahwa diet ini bagus dilakukan dalam jangka waktu pendek selama 3-6 bulan, ketimbang diet lainnya. Akan tetapi, sebuah studi menyebutkan, bahwa diet ini tidak bagus untuk jangka waktu yang lebih panjang karena bisa membuat tubuh kekurangan nutrisi.
Diet ini juga nyatanya bisa menimbulkan masalah kesehatan, seperti konstipasi, usus besar, ginjal, atau naiknya kadar kolesterol. Diet ini tidak disarankan bagi Sobat biem yang sering berolahraga, karena akan berakibat kekurangan energi.
Diet Ketogenik
Diet ketogenik─atau yang biasa disebut diet keto─adalah diet yang dilakukan dengan meningkatkan asupan lemak hingga lebih dari dua kali kebutuhan tubuh. Jenis lemak yang boleh dikonsumsi adalah lemak sehat, seperti minyak zaitun, minyak ikan, dan minyak biji-biji lainnya. Sama seperti diet atkins, diet keto juga sangat mengurangi asupan karbohidrat yang dimakan, dengan membatasi karbohidrat hanya 50 gram atau bahkan kurang.
Pada diet ini, tubuh akan membakar lemak untuk menjadi energi, yang mana proses ini disebut denga ketosis. Terjadinya ketosis tersebutlah yang dianggap mampu memberikan efek penurunan berat badan. Bahkan, diet ini diketahui bisa mendukung pengobatan kanker dan juga diabetes.
Namun, seorang Pakar Kesehatan dan Nutrisi dari Tufts University School of Medicine Boston, Michael Dansinger, mengatakan bahwa konsep diet keto sebenarnya hanya boleh diterapkan dalam terapi epilepsi, khususnya pada penderita anak-anak.
Sobat biem mau coba diet yang mana? (HH)