KOTA SERANG, biem.co — Krakatau Stell merupakan perusahan baja terbesar di Indonesia maupun Asia Tenggara, namun siapa sangka tahun 2018 ini kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, cukup mengkhawatirkan, mengingat ia menekan angka bea masuk alias ekspor hingga 25 persen.
Namun demikian, menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, Rahmat Hernowo, kenaikan tersebut tidak memberikan pengaruh, pasalnya ekspor ke wilayah Benua Amerika memang sangat dikurangi.
Dampak langsung, kata Rahmat tidak ada, sementara dampak tidak langsung tetap harus diwaspadai.
“Yang perlu diwaspadai dari Cina, karena merupakan produsen dan konsumen terbesar dunia. Kebutuhan baja di negara kita sekira 13 ton selama setahun, sementara yang dipasok oleh domestik 6,29, artinya secara natural Indonesia juga importir baja,” terangnya saat melakukan konfrensi pers di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Banten, Kamis (15/03).
Menurutnya, baja yang masuk dari Cina itu kebanyakan kualitas rendah. “Untuk Krakatau Steel mempunyai prosedur pasti. Selama industri baja Nasional menjaga kualitas tidak akan menjadi isu,” tandasnya.
Yang menjadi kekhawatiran, imbuh Rahmat, ada margin yang ditekan dari perusahaan. “Efesiensi kita yang kalah dibanding lainnya akan menjadi isu,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rahmat menuturkan bahwa sesuatu kekuatan yang tidak bisa ditembus pihak-pihak dari luar adalah kebijakan dari Menteri Perindustrian. Sehingga, penggunaan project pemerintah harus memakai produksi dalam negeri.
“Selain itu, kita punya Standar Nasional Indonesia (SNI) sebagai suatu kekuatan untuk melindungi industri dalam negeri. Jadi kita masih memiliki beberapa pagar,” tutupnya. (Dion)