biem.co –Tepat hari ini adalah ‘Women International Day’ alias Hari Perempuan Internasional. Meski berbagai pendapat bermunculan, hari ini merupakan momen yang digunakan untuk menyuarakan semangat kesetaraan gender. Hari istimewa ini bermula dengan perjuangan para perempuan yang terjadi di berbagai negara, dalam hal pertentangan segala macam bentuk penindasan dan pertimpangan hak-hak yang mereka miliki.
Di temui biem.co, salah satu aktivis mahasiswi Komunitas Soedirman 30 (KMS 30), Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin ( UIN SMH ) Banten, Merta Merdiana Lestari mengungkapkan, ini merupakan suatu kabar gembira bagi kaum wanita bahwa tepat pada hari perempuan internasional day bukan semata-mata mereka ada, tapi ini prosesnya sangat panjang.
“Lalu, dikemudian hari, ini menjadi sebuah sejarah, bahwa perempuan pernah melakukan sebuah gerakan yang besar dan ini bisa menjadi contoh oleh generasi perempuan saat ini. Dengan adanya momentum hari wanita international kita bisa melihat apakah perempuan sudah mendapatkan hak-haknya seperti itu ataukah belum,” terang Sekretaris Jenderal (Sekjen) KMS 30.
Menurutnya, perempuan belum mendapatkan hak-haknya yang pantas didapatkan seperti buruh belum mendapatkan upah yang layak,, kemudian masih banyak pabrik atau perusahaan belum menyediakan hak cuti hamil, hak cuti haid, dan hak perempuan yang sedang menyusui anaknya.
“Masih banyak hal yang dideskriminasikan kepada perempuan. Contohnya kurang mendapatkan pendidikan, apalagi di daerah yang lumayan terpeloksok,” ungkap mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) ini.
Cara kita hari ini, lanjutnya, bagaimana melawan agar bisa bangkit kembali untuk mendapatkan haknya. Karena kami masih ruang lingkupnya leluasa sebagai mahasiswi, tentu kami melakukan terobosan baru dengan mengadakan kajian diskusi tentang perjuangan perempuan atau teater aksi, karena ini bagian dari stimulus kita.
Ia berharap di hari perempuan internasional ini, perempuan harus berpikir maju dan menghilangkan rasa takut untuk berkata tidak bisa.
“Karena perjuangan perempuan dahulu sangatlah luar biasa dengan menggunakan pikiran, tenaga, bahkan nyawa sekalipun. Oleh sebab itu kita harus berani. Hakikatnya jika di negara ini tidak ada seorang perempuan, maka tidak bisa berdiri,” tutupnya. (Juanda/Dion)