Kabar

Influencer Media Sosial Lebih Berpengaruh Dibanding Saluran Media Konvensional

biem.co – Sudah banyak yang kita tahu bahwa influencer media sosial kini merajalela, Instagram adalah langkah awal atas kesuksesan beriklan yang dilakukan oleh para influencer tersebut. Semakin banyak followers yang mereka dapati, semakin mahal pula fee periklanan yang mereka dapatkan.

Mendapat followers Instagram juga tidak mudah, mereka ditantang membuat konten yang menarik dan kreatif, sedangkan sekarang sudah banyak persaingan para influencer yang berlomba-lomba menghasilkan konten kreatif. Hal tersebut mampu menarik perhatian pangsa pasar untuk beriklan manggunakan jasa para influencer tersebut.

Di media sosial, perusahaan dapat beriklan melalui saluran resmi alias berhubungan langsung dengan pemilik platform. Namun, satu fenomena yang kini muncul adalah beriklan di media sosial melalui influencer. Pemasaran melalui influencer, dalam laporan Forbes, adalah mengkapitalisasi jangkauan media sosial dengan membayar selebritas di internet dengan tingkat ketenaran yang bervariasi untuk diunggah di akun media sosial mereka guna menjangkau para pengikut setia.

Cara beriklan para influencer kebanyakan di media sosial pun hanya mengandalkan kamera, yang sekiranya mampu membuat pelanggan tertarik untuk mengkonsumsi produk apa yang ia iklankan, dan meyakinkan calon pelanggan atas seberapa bagusnya produk tersebut melalui deskripsi yang mereka gunakan.

“Kini semuanya telah berubah, ada distrupsi besar di sini,” ucap Mike Heller, Chief Executive Officer Talent Resource, agensi influencer asal AS, sebagaimana dikutip dari Fortune.

“Ketika kamu memiliki influencer yang punya 30 juta, 20 juta, lima juta (pengikut), itu jauh lebih berpengaruh dibandingkan saluran media konvensional lain di luar sana,” kata Heller.

Temuan GetCRAFT yang dilansir dari tirto.id, dengan views pada platform Instagram sebanyak 37.270 view misalnya, pengiklan hanya membutuhkan biaya Rp590 per view untuk membiayai teknik pemasaran ini. Namun, ada banyak faktor yang menentukan harga beriklan melalui influencer. Dalam laporan GetCRAFT disebutkan bahwa kualitas konten yang akan dibagikan influencer jadi yang utama disusul brand dan sang influencer sendiri.

Belanja iklan sebesar $5 miliar hingga $10 miliar akan dihabiskan untuk kanal ini dalam lima tahun mendatang. GetCRAFT menyatakan bahwa 51 persen dari brand yang disurvei akan lebih memanfaatkan influencer di 2018.

Selain relatif lebih murah, keunggulan beriklan melalui influencer lainnya adalah kepercayaan. GetCRAFT mengutip temuan Nielsen, menyatakan bahwa rekomendasi teman dan keluarga mendapat tempat kepercayaan yang tinggi di masyarakat. Selain itu, rekomendasi atau review yang dilakukan orang asing di internet juga memiliki pengaruh yang signifikan.

Influencer adalah brand. Ini mengapa jumlah pengikut atau statistik ketertarikan tidak dapat mempengaruhi tarif. Faktor kunci adalah brand. Saya tahu nilai dari brand saya. Jika brand kamu ingin berhubungan dengan saya, ini tarifnya,” ucap Ernest Prakasa, selebritas Indonesia yang juga menjadi influencer, sebagaimana dimuat dalam laporan GetCRAFT.

Fenomena influencer tak terbendung. Forbes bahkan merilis daftar influencer paling top sejagat. Uniknya influencer yang masuk daftar Forbes itu tak memasukkan selebritas.

“Kami hanya memasukkan influencer yang menciptakan ketenarannya hanya melalui internet daripada selebritas yang (memang telah terkenal) dan juga memiliki pengikut besar secara online,” tulis keterangan resmi pada situs resmi mereka.

Pada sub “fashion” tercetus nama Chiara Ferragni sebagai influencer paling top. Wanita berusia 30 tahun itu disebut sukses membuat situsweb TheBlondeSalad.com memperoleh 1 juta pengunjung unik pada 2011 silam. Ada pula Lilly Singh yang menjadi top influencer di sub “entertainment”. YouTuber asal Kanada itu disebut memiliki 11 juta pemirsa.

Selain tokoh manusia, daftar Forbes juga memasukkan hewan sebagai influencer. Kucing bernama Grumpy Cat didaulat media itu sebagai yang paling top di sub “pet”. Sang kucing yang lahir pada 2012 itu memperoleh penghasilan atas kerjasamanya dengan produsen makanan hewan Friskies.

Wow, terlihat sangat seru menjadi influencer di era sekarang ini, diketahui pula bahwa membuat konten pada media sosial di era sekarang ini tidak boleh sembarangan, karena Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sudah direvisi dan berlaku per November 2016.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa peluang menjadi influencer media sosial itu luas, tergantung bagaimana kita bisa menarik perhatian melalui konten tersebut. Memang tidak bisa sembarangan, sekiranya bisa mendidik dan mempengaruhi masyarakat khususnya warganet untuk bisa belajar hal positif apapun dari konten yang kita buat. Jadi, apakah kalian berminat menjadi influencer? [uti]

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button