biem.co – Akhir-akhir ini banyak fenomena aneh terjadi di sekitar kita. Terutama bagi para remaja produktif yang sedang mencari jati diri. Menurut psikologi, masa remaja memang masa rentan akan hal-hal yang dianggap menggangu atau disukai mereka. Baru-baru ini, demam hikikomori sedang melanda Jepang. Pasti Sobat biem penasaran, apa itu hikikomori? Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Hikikomori berasal dari bahasa Jepang yang berarti mengurung atau mengisolasi diri dari dunia luar dalam kurun waktu yang lama. Paling tidak pengidapnya melakukan hikikomori selama 6 bulan bahkan lebih. Kelainan ini bisa dikategorikan sebagai kelainan jiwa, mengingat dampak yang sangat fatal bagi pengidapnya tersebut.
Di Jepang sendiri pelaku hikikomori kian meningkat setiap tahunnya. Pada Januari 2015, tercatat dalam Wall Street Journal, bahwa terdapat 500 ribu hingga 2 juta pengidap hikikomori. Parahnya, sebagian besar diderita oleh generasi muda yang produktif untuk belajar dan bekerja. Banyak penyebab mengapa seseorang melakukan hikikomori seperti sering mengalami kegagalan, takut akan berbagai tantangan di sekolah atau di lingkungannya, kecanduan game atau bacaan tertentu (komik/manga), menerima perlakuan kasar dari sekitar (bully), dan masih banyak lagi.
Seperti dilansir dari kompas.com, seorang pakar Hikikomori, Dr. Takahiro Kato yang dulu saat remaja pernah mengalami masalah ini dan kini giat menolong para pengidap hikikomori. Kato menyatakan bahwa budaya barat sangat berbeda dengan di Jepang, dimana para remaja bebas berekspresi. Sedangkan di Jepang, mayoritas orang tua lebih senang jika sang anak berada di rumah dan lebih terkesan mengekang mereka.
Bahkan sebagian besar dari mereka merupakan lulusan universitas terbaik di Jepang, dan hal ini berpengaruh terhadap perekonomian di negeri sakura tersebut. Selain itu, rata-rata dari mereka merupakan anggota keluarga dari keluarga menengah yang mendapatkan banyak tuntutan, tanpa memperdulikan kondisi mental si anak.
Hal ini bisa terjadi pula di Indonesia, mengingat banyak dari generasi muda yang disibukkan dengan berbagai game console juga aneka komik manga yang menarik. Serta rela begadang pada malam hari untuk menjelajah internet dan menyaksikan film/drama favorit mereka. Hal yang dilakukan hanya makan, tidur dan berkurung diri di kamar dengan berbagai kegiatan kurang manfaat.
Lagi-lagi keluarga menjadi titik utama agar hikikomori tak dapat meluas. Quality time bersama keluarga dengan piknik bersama atau berdiskusi saat makan malam dapat menjadi alternatif untuk menghindari hikikomori terjadi pada generasi muda Indonesia. Luangkan waktu paling tidak 1-2 jam untuk berkumpul dan mengobrol ringan bersama anggota keluarga. (rai)