InspirasiKesehatan

Peneliti IPB Cegah Infeksi Bakteri pada Ternak dengan Ekstrak Daun Bambu

biem.co – Sobat biem ternyata diare tidak hanya menyerang manusia saja, tetapi juga pada hewan ternak. Diare yang terjadi pada ternak berakibat pada kegagalan penyerapan cairan usus. Pada akhirnya, hewan ternak akan mengalami dehidrasi, bahkan dalam keadaan parah akan menyebabkan kematian.

Jika hal demikian terjadi, maka sudah dapat dipastikan kerugian besar akan melanda, karena biaya perawatan akan membengkak juga produktivitas hewan menurun. Wah, bahaya, ya!

Apakah Anda tahu apa penyebab datangnya penyakit itu? Ya, penyakit itu diakibatkan oleh adanya infeksi dari bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium.

Lazimnya, penyakit yang diakibatkan oleh bakteri seperti itu bisa disembuhkan dengan memakai antibiotik. Akan tetapi, penggunaan antibiotik pada hewan mengandung efek samping yang merugikan, karena menyebabkan keracunan dan berbahaya manakala manusia mengonsumsi produk dari ternak tersebut. Seram, kan?

Baru-baru ini, dilansir dari ipb.ac.id, tim peneliti dari Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu I Komang G Wiryawan, Sri Suharti, dan Sinta Agustina melakukan sebuah penelitian yang mengkaji tentang aktivitas anti bakteri yang terdapat dalam daun bambu tali (Gigantochloa apus) dengan jenis pelarut berbeda terhadap bakteri E. coli dan S. Typhimurium.

Daun bambu tali dipilih sebagai bahan utama karena bisa dipakai sebagai obat tradisional. Tidak hanya itu, ternyata mengandung alkaloid, saponin, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, dan glikosida yang bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu bahan dalam menghambat pertumbuhan bakteri patogen adalah pelarut.

IPB

Proses Ektrak Daun Bambu. (Foto: ristekdikti.go.id).

Dalam penelitiannya, mereka mengekstrak daun bambu tali dengan metode maserasi menggunakan etanol 70 persen dan metanol. Uji aktivitas anti bakteri dilakukan memakai metode Kirby dan Bauer. Adapun konsentrasi dari ekstrak daun bambu yang dipakai ialah 0.00%, 0.02%, 0.04%, 0.06%, 0.08% dan 0.02% cotrimoxazole sebagai kontrol positif. Nilai Minimun Inhibitory Concentration (MIC) dan Minimum Bactericidal Concentration (MBC) dihitung berdasarkan aktivitas anti bakteri tertinggi.

Dari peneliatannya itu, dihasilkan bahwa ekstrak etanol daun bambu tali di level 0.04%, 0.06% dan 0.08% memiliki aktivitas anti bakteri yang rendah (<5 mm), sedang ekstrak metanol hingga level 0.08% tidak memiliki aktivitas anti bakteri terhadap pertumbuhan E. Coli dan S. Typhimurium. Nilai MIC ekstrak etanol daun bambu terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella typhimurium adalah 0.2% dan 0.3%. Maka bisa disimpulkan bahwa daun bambu yang diekstrak menggunakan etanol mampu menjadi antibakteri yang lebih baik dibandingkan dengan metanol.

Diketahui dalam penelitian sebelumnya, mereka memakai pelarut aquades, namun pengekstrakannya memiliki kelemahan, yakni saat proses penguatan pelarut membutuhkan waktu yang lama dan suhu tinggi.

“Oleh sebab itu, dalam penelitian ini kami menggunakan pelarut etanol dan metanol. Kedua pelarut tersebut memiliki titik didih lebih rendah dibandingkan dengan aquades,” jelas I Komang G Wiryawan. (Afis)

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button