biem.co – Memiliki rasa tidak aman, kurangnya percaya diri, serta rasa takut akan kehilangan, sering terjadi saat menjalani setiap hubungan dengan pasangan. Orang yang memiliki sifat tersebut, selalu dilanda oleh rasa khawatir yang tinggi—yang bisa jadi memengaruhi pikiran dan mengubahnya menjadi rasa curiga terhadap pasangan. Hal ini bisa saja dirasakan oleh satu atau kedua belah pihak.
Nyatanya, terkadang rasa insecure yang dimiliki seseorang justru bisa membuat pasangangannya menjadi risih akan hal tersebut. Sebab, kekhawatiran yang tinggi mampu menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Sebut saja, ketika sewaktu-waktu orang tersebut merasa pasangannya tidak memperdulikan dirinya, maka di saat itu ia merasa seperti orang yang paling tidak berharga. Padahal bisa jadi itu hanya asumsi yang ia buat sendiri. Sifat insecure kerap membuat seseorang ingin selalu diakui keberadaannya.
Melansir Psychology Today, Randi Gunther Ph.D, seorang Psikolog sekaligus Konsultan Pernikahan di California ini menyebutkan, bahwa ada enam hal yang bisa menyebabkan seseorang memiliki sifat insecure.
1. Genetika
Setiap orang memiliki sistem ‘alarmnya’ sendiri jika ada bahaya yang terjadi. Ketika merasa terancam, secara kimiawi tubuh mereka membuat perlindungan dengan berkelahi, melarikan diri, atau diam. Saat ancaman tersebut hilang dan ketakutan mereka pun mereda, tubuh mereka akan menghasilkan satu set bahan kimia lain yang akhirnya membuat mereka merasa lega.
Beberapa orang diketahui memiliki respon yang lebih responsif terhadap ancaman. Menurut Randi, individu-individu tersebut secara alami bereaksi lebih intens terhadap ancaman yang dirasakan dan lebih cenderung memiliki kewasapadaan yang tinggi, dan perasaan tersebut bisa terjadi sepanjang waktu.
2. Rasa Trauma
Mereka yang telah mengalami trauma di masa kanak-kanak seringkali memiliki reaksi yang lebih intens saat mereka terancam. Jika orang-orang tersebut memiliki pemikiran yang positif selama mengalami masa penuh tekanan dan menjadi lebih kuat sebagai hasilnya, maka mereka pun akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk menjadi lebih tangguh saat menghadapi tantangan di waktu berikutnya. Sebaliknya, jika merasa telah ditinggalkan atau dilukai, kepercayaan diri dan rasa aman mereka pun akan menjadi lebih rentan.
3. Takut Mengecewakan
Banyak orang, terutama yang memiliki sifat insecure, merasa takut untuk diabaikan oleh mereka yang penting bagi mereka. Mereka merasa bertanggung jawab atas hubungan yang renggang. Rasa tidak aman akhirnya memperkuat perasaan mereka akan rasa tidak dicintai.
4. Perbedaan Pendapat
Beberapa orang, baik dari trauma masa kecil atau genetika, pernah merasa dikecewakan oleh ketidakharmonisan apapun. Mereka tidak bisa mentoleransi perbedaan pendapat atau masalah, dan menghindarinya bila memungkinkan. Mereka meningkatkan kecenderungan akomodasi setiap kali menghadapi disonansi, yaitu perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap dan perilaku yang saling bertentangan.
5. Ketergantungan
Orang yang insecure, merasa pasangannya harus selalu bersama mereka. Hal tersebut membuat mereka menjadi waspada dan meningkatkan ketergantungan mereka pada respon pasangannya. Mereka yang memiliki sifat tersebut, kerap takut bahwa hubungannya dengan pasangan akan berakhir. Untuk itu mereka berusaha dengan keras untuk bisa selalu menyenangkan pasangannya. Mereka berfokus pada perilaku yang hati-hati.
6. Pengalaman Patah Hati
Perasaan pernah dimanfaatkan, ditinggalkan, atau dikhianati di masa lalu, akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Mereka secara tidak sengaja membiarkan kegagalan masa lalu mempengaruhi perilaku mereka dalam menjalani hubungan dengan pasangan. Mereka terus mengharapkan cinta baru untuk menebus pengkhianatan di masa lalu.
Enam hal di atas, kata Randi, adalah yang perlu dipelajari untuk mengevaluasi diri kita sendiri. Sehingga nantinya bisa mengontrol reaksi keras kita terhadap pasangan dalam membina hubungan. (HH)