KesehatanTerkini

Ternyata Nyamuk Mampu Mengingat Bau Tubuh dan Tepukan Manusia

Nyamuk tidak menyukai perilaku defensif

biem.coVinauger and Lahondere, Asisten Profesor Biokimia di Fakultas Pertanian dan Ilmu Pengetahuan Pertanian Virginia Tech, dan Chloé Lahondère, Asisten Profesor Penelitian di Departemen Biokimia, melakukan penelitian tentang selera nyamuk dan menemukan bahwa ternyata nyamuk dapat belajar dengan cepat dalam mengingat aroma tubuh manusia, melalui Dopamin.

Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Current Biology, dengan judul “Modulation of Host Learning in Aedes aegypti Mosquitoes”.

Dopamin adalah saraf penghubung (neurotransmiter) penting yang terdapat pada otak, berfungsi sebagai pengantar pesan atau rangsangan antar saraf. Umumnya, molekul kecil ini dilepas saat sebuah saraf terangsang untuk menstimulasi saraf lainnya yang letaknya berdekatan.

Nyamuk menggunakan informasi ini dan menggabungkannya dengan rangsangan lain untuk mengembangkan pilihan spesies inang vertebrata tertentu (manusia), atau dengan kata lain menggunakan dopamin untuk menentukan seleranya.

Namun, penelitian ini juga membuktikan bahwa meskipun seseorang dianggap berbau lezat, selera nyamuk bisa berubah jika bau orang tersebut datang/ditimbulkan dari sensasi yang tidak menyenangkan seperti; marah, stres dan sensasi lain yang memungkinkan seseorang melakukan perilaku defensif, ada kemungkinan ditinggalkan, betapapun “lezat”nya.

Clément Vinauger, menemukan bahwa nyamuk menunjukkan sifat yang dikenal sebagai pembelajaran yang tidak menyenangkan (Aversive Learning) dengan melatih nyamuk betina Aedes aegypti untuk berasosiasi, dengan kejutan dan getaran yang tidak menyenangkan.

Dua puluh empat jam kemudian nyamuk yang sama dinilai dalam alat Olfaktometer Y, sebuah labirin tempat mereka harus terbang melawan angin dan memilih antara bau tubuh manusia yang sebelumnya tidak disukai dan bau yang baru.

Nyamuk menghindari bau badan manusia; ini menunjukkan bahwa mereka telah berhasil dilatih.

Dengan mengambil pendekatan multidisiplin dan menggunakan cara-cara mutakhir, para ahli menyimpulkan bahwa dopamin dalam otak nyamuk adalah mediator kunci aversive learning  (pembelajaran yang tidak menyenangkan) pada nyamuk.

Dengan menempatkan nyamuk dalam simulator penerbangan serangga dan memperkenalkan nyamuk ke berbagai bau, termasuk bau badan manusia, para ilmuwan mengamati bagaimana serangga terlatih atau tidak untuk bereaksi.

Apa yang mereka lihat adalah bahwa aktivitas saraf di daerah otak dimana informasi penciuman diproses dan dimodulasi oleh dopamin sedemikian rupa sehingga bau lebih mudah untuk didiskriminasi, dan berpotensi dipelajari oleh nyamuk.

Sayangnya, tidak ada cara untuk mengetahui dengan pasti apa yang menarik nyamuk ke manusia tertentu. Namun, sekarang kita tahu bahwa nyamuk dapat mempelajari bau yang dipancarkan oleh manusia dan nyamuk menghindari manusia yang lebih defensif.

Memahami mekanisme pembelajaran dan prioritas nyamuk memberi kita informasi untuk mengendalikan nyamuk di masa depan. Manusia bisa belajar bagaimana nyamuk-nyamuk menjangkiti penderita demam berdarah atau penyakit lainnya. Menurut Vinauger, dilansir sciencedaily, “Misalnya, kita bisa menargetkan kemampuan nyamuk untuk belajar dan mengganggu atau memanfaatkannya untuk keuntungan kita.”

Nyamuk Aedes aegypti merupakan penyebab demam Zika, demam berdarah, chikungunya, dan virus penyakit kuning, dan dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Dengan data ini, diharapkan manusia bisa melakukan antisipasi dini dan mencegah penyakit-penyakit tersebut ditularkan terus menerus. (EJ)


Artikel ini disarikan dari penelitian Vinauger and Lahondere et al. Modulation of Host Learning in Aedes aegypti Mosquitoes. Current Biology, 2018 DOI: 10.1016/j.cub.2017.12.015


Editor: Jalaludin Ega

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button