BOGOR, biem.co – Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menggelar Brown Bag Discussion dengan menghadirkan narasumber ternama, yaitu Dr. Ernan Rustiadi, di kampus Dramaga Bogor, (24/01).
Ernan Rustiadi, akademisi yang ahli di bidang Tata Ruang dalam paparannya mengatakan bahwa pertumbuhan perkotaan yang sangat cepat dan meluas di wilayah Jabodetabek dikendalikan oleh kelompok kapitalis pada nyatanya tidak bisa menyelesaikan permasalahan perkotaan yang sebenarnya.
“Pertumbuhan kota-kota baru di seputar Jakarta lebih banyak dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke atas, sementara masyarakat perkotaan kelas bawah tetap bertahan dalam kawasan yang padat dan kumuh di kampung-kampung perkotaan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ernan Rustiadi menerangkan bahwa perluasan perkotaan atau urban sprawl yang sangat cepat terutama disebabkan oleh pandangan sebagian besar masyarakat yang masih menganggap bentuk rumah formal adalah yang terbaik, ketimbang rumah susun, atau rumah vertikal.
Pernyataan tersebut didorong oleh kekhawatiran bahwa pada tahun 2050 sekitar 66 persen populasi penduduk dunia akan tinggal di wilayah perkotaan dan hampir separuhnya berada di Asia. Di mana, pada tahun 2010, Megacity Jakarta (Jabodetabek) adalah mega city terbesar ke-2 di dunia. Populasi penduduk Jabodetabek pada tahun 2014 tercatat sudah mencapai 12,01 persen dari total penduduk Indonesia.
“Persoalan spasial dan penataan ruang wilayah perkotaan tidak dapat dilepaskan dari persoalan politik dan sosial,” seru Ernan Rustiadi.
Sehingga tidak heran, imbuh Ernan Rustiadi, jika perluasan mega city Jabodetabek yang sangat cepat dalam dasawarsa terakhir ini, didukung oleh jaringan infrastruktur transportasi yang kuat seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang merupakan hasil lobi para pebisnis kapitalis.
Mengakhiri diskusi, Prof. Akhmad Fauzi selaku Kaprodi PWD IPB, dalam catatan penutupnya mengatakan bahwa acara Brown Bag Discussion digelar rutin setiap bulan di luar kegiatan perkuliahan, kehadirannya sangat penting untuk mengajak mahasiswa pascasarjana PWD IPB untuk berpikir kritis dan lebih komprehensif mengenai berbagai permasalahan pembangunan wilayah dan perdesaan saat ini.
“Kegiatan ini diharapkan mampu berkontribusi memberikan solusi pembangunan ketika sudah menyelesaikan studi dan kembali ke lembaga dan daerah tempat mereka bekerja atau beraktivitas,” pungkas Prof. Akhmad Fauzi.
Diketahui, acara ini diikuti oleh para mahasiswa S2 dan S3 PWD IPB. (red)