biem.co – Sobat biem, pernahkah kamu mengalami gangguan jiwa?”
Pasti kebanyakan orang salah menjawab pertanyaan ini, mungkin termasuk kamu Sobat biem. Kenapa demikian? Karena kebanyakan dari kita pasti menjawab “tidak”, sebab yang langsung terbesit di benak kita adalah orang gila yang berkeliaran di jalan dan tidak nyambung saat diajak bicara. Tahukah kamu kedua hal itu adalah berbeda?
Sayangnya, masih banyak yang belum tahu mengenai hal ini. Gangguan jiwa sebenarnya tak sama dengan sakit jiwa. Pertama, gangguan jiwa menurut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (yang mengacu pada The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku atau pula kondisi psikis seseorang yang secara klinis mengalami masalah bermakna, di antaranya adalah gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Kedua, sakit jiwa merupakan gangguan jiwa berat yang memerlukan pengobatan dan perawatan khusus.
Nah kemudian, apakah kamu pernah mengalami sedih, cemas, kesal, marah, dan tertekan hingga kesulitan tidur saat memiliki masalah? Hal ini merupakan gangguan jiwa. Seperti halnya tubuh, jiwa kita pun bisa saja sakit namun hanya bentuknya yang berbeda. Sakit tubuh atau yang berkaitan dengan fisik itu seperti sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll. Sedangkan, sakit yang berkaitan dengan psikis itu adalah gangguan jiwa. Segala sesuatu yang mengakibatkan kita tidak merasa nyaman itu bisa disebut dengan gangguan jiwa. Jadi, bagaimana kamu pernah mengalami gangguan jiwa? Jika sudah membaca penjelasan di atas pasti yang tadinya menjawab “tidak” berubah jadi “iya”.
Hal ini juga diperjelas lagi oleh Ketua KPSI (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) Bagus Utomo, beliau menjelaskan bahwa gangguan jiwa pernah dialami oleh siapapun meski kadarnya ringan sampai berat, tergantung kemampuan orang tersebut dalam mengelola masalah, tergantung pula pada dukungan sosialnya dan nilai-nilai spiritual dalam dirinya.
“Semua orang pernah mengalami gangguan jiwa, namun berat masalahnya berbeda, tergantung pada bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan masalah tersebut serta peran keluarga yang mendukung atau tidak”.
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa orang gila adalah seseorang yang mengalami sakit jiwa. Mereka tidak bisa menyadari realitas dan kehilangan kontrol akan dirinya sendiri. Bagi psikiater dan psikolog klinis, istilah ‘gila’ atau ‘sakit jiwa’ yang dimaksud itu adalah Skizofrenia. Skizofrenia merupakan bagian dari Gangguan Jiwa, namun pada tingkat yang lebih lanjut. Tentu beda dengan gangguan jiwa ringan seperti dialami orang pada umumnya yang masih dapat berpikir rasional, dapat menghadapi persoalan, juga masih memiliki kontrol akan dirinya. Tapi kita mesti tetap berhati-hati gangguan jiwa yang lebih lanjut bukan tidak mungkin jadi menjurus ke sakit jiwa.
Jiwa adalah hal yang tak dapat dilihat, tidak dapat diukur dengan angka, dan bersifat subjektif (hanya orang itu yang dapat merasakan) tapi jiwa dapat diibaratkan dengan bola kaca. Bola kaca ini hanya dapat dirawat dan dijaga oleh diri kita sendiri. Rasa kesal, sedih, kecewa, cemas, marah (gangguan jiwa) dapat memberi tekanan pada bola kaca ini yang mulanya berupa goresan-goresan kecil di jiwa kita. Jika gangguan ini kita biarkan terus-menerus menekan bola kaca milik kita maka apa hal yang akan terjadi? Goresan itu akan semakin membesar hingga membuat celah dan lama-kelamaan bola kaca itu dapat pecah dan hancur dan kondisi inilah yang bisa kita disebut dengan gila atau skizofrenia tadi.
Kurang lebih itulah analogi yang dapat digambarkan mengenai jiwa manusia. Semoga dapat dipahami dan bermanfaat. (red)
Ditulis Oleh :
Aprilia Dwi Tirani lahir di Cimahi, 23 April 2000 (17 Tahun), kelas 12 di SMK Kesehatan Husada Pratama Kota Serang, Jurusan Keperawatan. Hobi menulis dan membaca. E-mail: [email protected] Ig: @aprilliadwitirani.