Biem.co – Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), utang luar negeri Indonesia pada akhir November 2017 naik sekitar 9,1% atau sekitar US$ 347,3 miliar atau sekitar Rp 4.684 triliun (kurs Rp 13.500 per dolar AS) berdasarkan years on years (yoy). Kenaikan utang ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya penarikan utang swasta dan publik, serta utang luar negeri pemerintah.
Berdasarkan data publikasi BI, rincian utang luar negeri Indonesia berdasarkan kelompok peminjam diantaranya;
- Utang luar negeri sektor publik (pemerintah dan BI) sebesar US$ 176,6 miliar, naik sekitar 14,3% (yoy) dan 8,4% secara bulanan (month to month/mtm), dan;
- Utang luar negeri sektor swasta juga tercatat mencapai US$ 170,6 miliar atau tumbuh 4,2% secara tahunan dan 1,3% secara bulanan.
Dalam catatannya, Bank Indonesia menganggap bahwa; menurut sektor ekonomi, posisi ULN swasta pada akhir Agustus 2017 masih terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, serta listrik, gas dan air bersih (LGA). Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 76,8% atau meningkat dibandingkan bulan Juli 2017.
Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ULN pada sektor industri pengolahan dan sektor LGA, sementara ULN pada sektor keuangan dan sektor pertambangan masih mengalami kontraksi pertumbuhan.
Bank Indonesia memandang perkembangan ULN pada Agustus 2017 tetap sehat dan terkendali. Hal ini tercermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) yang pada akhir Agustus 2017 tercatat stabil di kisaran 34%.
Rasio tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers. Bank Indonesia terus memantau perkembangan ULN dari waktu ke waktu untuk memberikan keyakinan bahwa ULN dapat berperan secara optimal dalam mendukung pembiayaan pembangunan tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas makroekonomi.
ULN Indonesia tetap didominasi ULN jangka panjang yang memiliki pangsa 85,7 persen dari total ULN dan pada November 2017 tumbuh 7,5 persen (yoy), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sekitar 3,9 persen (yoy).
Sementara itu, ULN berjangka pendek dengan pangsa 14,3 persen dari total ULN tumbuh 19,8 persen (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Oktober 2017 yang sebesar 10,8 persen (yoy). (EJ)