InspirasiSosok

Rama Okianda Putra: Kemenangan Sejati Diraih oleh Kejujuran

biem.co – Dalam sebuah film atau sinematografi, pasti mayoritas dari Sobat biem melihat tokoh atau pemerannya. Padahal, di balik itu ada peran penting yang kadang luput dari penglihatan penonton pada umumnya. Ya, dialah seorang juru kamera atau kamerawan. Seperti Rama Okianda Putra, mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Fakultas Film dan TV ini.

Saat ditemui biem.co, Rama bercerita tentang banyak hal yang harus diperhatikan menjadi juru kamera, mulai dari sisi pengambilan gambar, seperti konsep storytelling-nya, berlanjut pada bahasa visual, dan terakhir terakhir teknis gambar.

“Bagi saya, tak mudah memulai passion ini, berperan di balik layar seperti kamerawan dan penyutradaraan,” kata Rama.

Sebagai kamerawan, Rama cukup banyak terlibat dalam beberapa garapan film, mulai dari film berjudul Jawara Kidul yang ikut serta produksi di Komunitas Kremov Pictures. Lalu, film berjudul Rania, yang meraih juara III dalam Festival Film Pariwisata Cilegon, film berjudul Bye Bye FB Boy yang menjadi film produksi LA Indie Movie, dan beberapa film pendek di sekolah-sekolah.

“Awalnya, pada 2015 saya bergabung dengan Komunitas Film di Serang. Kala itu, saat pertama kali membuat film ditunjuk untuk ikut di departemen kamera sebagai assisten camera. Dari situ lah, saya tertarik dengan sinema,” urai Rama.

Rama menambahkan, kali pertama belajar film secara learning by doing di komunitas. “Saya merasa sangat percaya diri dalam membuat film bersama teman-teman untuk diikutsertakan ke festival atau lomba-lomba film,” ucapnya.

Kami, kata Rama, selalu berstrategi untuk menang, dengan melihat jurinya siapa dan mencari tahu selera jurinya seperti apa, namun apa yang dilakukan ternyata salah.

“Berkarya tidak dengan kejujuran membuat kita down secara mental, karena kemenangan sejatinya datang dari proses yang jujur, serta hati tulus,” seru Rama.

Dalam proses berkarya, imbuh Rama, pasti terdapat banyak kesulitan, seperti dialami oleh komunitas yang tidak memiliki fasilitas lengkap. Keterbatasan di daerah pun membuat teknologi dan peralatan film sulit untuk dijangkau oleh pembuat film sineas, sehingga hanya mencoba memaksimalkan apa yang ada.

“Tapi, tidak menjadi hambatan, ketika alat kami kurang canggih dan kurang update. Proses berkesenian itulah yang menjadi sebuah pembelajaran bagi para pembuat film di komunitas daerah,” ungkap Rama.

Rama mengaku, target jangka panjangnya dalam berkiprah di dunia perfilman yang terpenting adalah konsisten. “Memang sudah dari awal saya memilih untuk berkarya di dunia ini. Semoga Indonesia mulai mengadaptasi kerja-kolaborasi antara komunitas, akademisi, dan praktisi perfilman,” tandasnya. (Dion)

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button