Opini

Udi Samanhudi: Pemuda Jaman Now; Depresi dan Deret Mimpi

biem.co – Pernah mendengar nama Tulus? Saya yakin Anda dan banyak dari kita yang sangat mengenal dengan baik pemuda Indonesia yang satu ini. Ya, pemuda multi talenta ini adalah satu dari sekian banyak penyanyi muda berbakat Indonesia yang bait-bait dalam lirik lagunya senantiasa menggugah dan membangkitkan semangat untuk menjadi pribadi yang maju dengan cara berani bermimpi dan berupaya keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut. Tulus dalam lagu yang bertajuk ‘Manusia Kuat’, misalnya, mengingatkan kita semua khususnya para pemuda bangsa Indonesia untuk senantiasa bergerak tumbuh menjadi pribadi-pribadi kuat dan hebat. Para pemuda yang ke depan akan menjadi penerus estapet perjuangan memajukan bumi pertiwi dan dengan upaya yang keras nan cerdas mensejajarkannya dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih dulu berderet di jajaran papan atas negara-negara super power.

Semangat Tulus membumikan sikap positif dan pantang menyerah melalui karya-karyanya, sedikit banyak terefleksikan pada pemuda-pemuda awardee beasiswa LPDP Indonesia yang saat ini kebetulan tengah diamanahi tugas belajar di negara-negara maju seperti Inggris raya. Mengenyam pendidikan di negara maju seperti Inggris yang dalam banyak hal berbeda dengan Indonesia nyatanya memang bukan hal yang mudah untuk dijalani. Terus belajar untuk menjadi pribadi yang pantang menyerahlah yang pada akhirnya menjadi kunci sukses tidaknya melewati tantangan selama menjalani studi di negara ini. Tantangan pada aspek akademik tentu banyak namun yang justru luar biasa berat adalah tantangan secara psikologis yang dalam banyak kasus membawa ‘virus’ depresi lekat menyelinap dalam diri.

Menjalani proses pendidikan yang jauh dari keluarga nyatanya menciptakan ‘rasa hening’ yang tak berkesudahan dan menjadi ‘keluhan rutin’ bagi mereka yang saat ini, misalnya, masih berstatus sebagai ‘e-daddy atau e-mommy’ yang hanya bergantung pada kemurahan teknologi dengan fasilitas video call berbagai jenis media sosial untuk dapat berkomunikasi dengan keluarga. Makanan dengan cita rasa yang berbeda, cuaca yang ekstrim, bentuk pergaulan yang berbeda, teman-teman dengan gaya hidup dan cara berpikir yang kontras, nyatanya memang menciptakan tantangan tersendiri yang jika tidak mampu dinegosiasikan dengan baik akan menjadi mesin pembunuh deretan mimpi yang telah lama ditata secara apik.

Tersirat dalam ‘Manusia Kuat’-nya Tulus, dalam setiap tahapan kehidupan yang tengah dijalani, akan selalu ada ‘duka’ dalam suka, akan selalu ada ‘tangis’ dalam tawa dan selalu akan ada kerikil-kerikil tajam yang siap kapan saja menghalau langkah para pemburu masa depan cemerlang. Akan tetapi, jiwa yang kuatlah yang akan membawa pada titik keberhasilan yang dimaui. Optimisime yang terbangun dengan paduan doa, afirmasi positif yang dilakukan secara konsisten, kreatifitas yang senantiasa diasah, sikap yang maju, persahabatan yang sehat dan motivasi untuk maju yang kuat adalah sebuah rajutan sikap kesuksesan yang jika terus dipadupadankan akan dengan mudah membawa si empunya lolos dari tragedi kegagalan yang rupanya amat sangat menyeramkan.

Seorang sahabat yang kebetulan tengah menempuh program Ph.D di universitas yang sama dengan saya harus tertatih-tatih kembali mengulang ekperimennya di lab yang ia lakukan pagi, siang dan malam setelah hasil ekperimen yang ia lakukan selama satu tahun harus rela ‘dikebumikan’ karena konsep yang diaplikasikan dianggap kurang kekinian alias gak zaman now banget oleh sang professor pembimbing.

Dengan semangat yang meluap-luap dan optimisme yang kuat, salah satu akademisi terbaik di sebuah universitas ternama di Makasar ini kembali meracik strategi untuk bisa mengejar ketertinggalan dan mengeset jam kerja yang semakin ketat dengan tingkat kehati-hatian dalam bekerja yang juga semakin matang. Alhasil, kesulitanpun berhasil dilalui dengan baik terbukti dengan dihasilkannya beberapa formula yang ditargetkan bahkan dalam waktu yang jauh lebih singkat.

Apa yang membuat akademisi muda Timur Indonesia ini sedemikian bersemangat? Saya yakin motivasi untuk tumbuh dan keyakinan bahwa kegagalan adalah peluang untuk menjadikan dirinya lebih baik-lah yang membuatnya tetap bersemangat. Baginya kata FAIL mungkin saja dimaknai sebagai First Attempt is Learning alias percobaan pertama adalah sebuah ruang untuk belajar-sebuah perspektif maju yang layak untuk terus dikembangkan. Kata FAIL yang secara literal dalam Bahasa Indonesia dimaknai GAGAL nampak tidak berlaku bagi akademisi cerdas nan nyentrik dan flamboyan dalam gaya ini.

Dan sampai tulisan ini dibuat, sahabat kami ini masih dengan semangatnya melakukan yang terbaik untuk proyek penelitiannya di lab-sebuah pelajaran yang tentu layak ditiru oleh pemuda bangsa lainnya. Semangatnya untuk melakukan yang terbaik pada tanggung jawab yang tengah diberikan kepadanya, secara tidak langsung mengajarkan pada kita bahwa menjadi pemuda kuat di jaman now sangat dengan mudah bisa dilakukan dan dibudayakan dalam diri kita.

Finally, baik Tulus maupun sahabat kami ini sepertinya tengah mengajarkan kita (Anda dan saya) untuk benar-benar mampu menjadi pribadi-pribadi yang kuat- ‘kau bisa patahkan kakiku, patahkan tanganku, rebut senyumku
hitamkan putihnya hatiku, tapi tidak mimpi-mimpiku’ …la …la…la…la…la.


Udi Samanhudi adalah Akademisi Untirta, Awardee Beasiswa LPDP program Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Kemenkeu RI dan saat ini tengah menempuh studi doktoral dalam bidang Teaching of English for Speakers of Other Languages and Applied Linguistics, Queen’s University of Belfast, United Kingdom.


 Rubrik ini diasuh oleh Fikri Habibi.

Editor: Redaksi

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Back to top button