JAKARTA, biem.co – Beberapa hari lalu, Teras Budaya dan Ruang Sastra bersama Tempo mengadakan penggalangan dana untuk sastrawan senior Hamsad Rangkuti. Kegiatan yang di lantai 5 Gedung Tempo Palmerah itu dihadiri oleh beberapa aktris seperti Jajang C. Noer, Sha Ine Febriyanti serta beberapa sastrawan yakni; Kurnia Effendi, Damhuri Muhamad, Eka Budianta dan masih banyak lagi. Mereka turut serta membacakan cerpen-cerpen karya Hamsad Rangkuti.
Penggalangan dana tersebut juga dihadiri oleh Wakil Ketua KPK yaitu Bapak Laode Muhammad Syarif yang turut serta membacakan salah satu cerpen Hamsad berjudul “Karjan dan Kambingnya” dengan apik ditemani Damhuri Muhamad. Ada juga Bu Nur, istri dari Hamsad Rangkuti yang juga menghadiri penggalangan dana tersebut.
Iwank, selaku koordinator acara menuturkan latar belakang diadakannya kegiatan tersebut, “kami mendapat informasi dari Bu Nur (istri Bapak Hamsad) bahwa Bang Hamsad jatuh sakit lagi dan kemudian saya melontarkan itu ke beberapa teman dan responnya adalah kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk Bang Hamsad, banyak alasan bagi orang-orang berniat membantu meringankan beban keluarga Bang Hamsad,” tuturnya.
“Kemudian teman-teman sepakat menunjuk saya, lalu kami buat kepanitiaan kecil untuk kegiatan ini. Kegiatan ini memang kami konsepkan diadakan sederhana saja, di ruang yang biasa dipakai oleh para redaksi, dengan mengundang beberapa teman untuk meramaikan acara dan membaca beberapa karya bapak Hamsad,” lanjut Iwank.
Iwank menambahkan, dirinya sangat berterimakasih kepada teman-teman yang bersedia membacakan cerpen-cerpen karya Hamsad Rangkuti pada malam hari itu, “kemudian kami juga membuka kotak sumbangan untuk langsung kami sampaikan jumlahnya di akhir acara dan langsung diberikan untuk keluarga Bang Hamsad atau bisa juga yang ingin transfer ke rekening BNI Bang Hamsad. Kami juga dibantu oleh Penerbit Kompas untuk menyediakan buku, harga aslinya sebenarnya cuma Rp 60.000 di toko buku, namun kita sepakati hari ini dijual seharga Rp 100.000 dan seluruhnya akan kita serahkan untuk Bang Hamsad,” tambahnya.
(Tampak Damhuri Muhammad (kiri) bersama Laode M. Syarif (kanan) saat membacakan cerpen “Karjan dan Kambingnya”. Foto: Putri).
Acara yang diselenggarakan kurang lebih 2 jam, mulai pukul 19.30 ini juga menyuguhkan kopi gratis yang dibuatkan langsung oleh barista. Dikutip dari informasi Ricky Pesik pada website Kitabisa.com, penulis cerpen “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu” ini mulai memburuk keadannya sekitar tahun 2009 tepat setelah beliau mendapatkan penghargaan SEA Writers Award di Thailand. Pemerintah Kota Depok mengambil tanah mereka secara sepihak, kemudian membangun tempat pembuangan sampah berukuran 5×12 meter di belakang rumahnya.
Rumah yang dibangun dengan uang hasil menulisnya tak lagi terasa hangat. Sampah yang menumpuk di tanah tersebut menerbangkan bau; belatung, kecoak. Tikus, menembus tembok-tembok rumahnya. Kondisi ini yang kemudian menyebabkan Pak Hamsad memutuskan “mengungsi” ke kampung halaman.
Diketahui, sosok sastrawan Hamsad Rangkuti sangat erat kaitannya dengan Majalah Horison. Sejak tahun 1970’an beliau adalah salah satu dari seniman-seniman maupun sastrawan-sastrawan yang berkumpul di Balai Budaya, tempat Majalah Horison berkantor di sebuah sisi yang gelap hampa tanpa jendela, bertemankan mesin tik. Majalah Sastra Horison adalah salah satu dari sedikit majalah sastra yang mencoba bertahan dari kungkungan media mainstream yang berkibar-kibar saat itu, dengan dewan nasehat yang kemudian mencoba tetap mempertahankan Majalah Sastra Horison seperti Mochtar Lubis, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, dan sebagainya. Hingga saat ini Hamsad Rangkuti tetap aktif mengasuh dan menyunting tulisan-tulisan yang masuk ke majalah tersebut.
Penulis Leila S. Chudori juga sedikit bercerita bahwa Hamsad Rangkuti bukan hanya melalui cerita-cerita pendek realis yang menggunakan kalimat sederhana namun juga memiliki makna, “pada tahun 1980’an saya berkenalan dengan Bang Hamsad, ia mulai menulis di Horison, melalui komentar-komentar Hamsad dan Sutardji Calzoum Bachri kemudian saya belajar dari kata-kata yang tertuang dari yang kita ciptakan harus memiliki makna bahwa cerpen bukanlah bentuk mini sebuah novel, bahwa cerpen adalah sebuah entitas tersendiri yang akhirnya seolah-olah menjadi sebuah kerajaan kecil yang memilik kehidupan yang riuh dalam sastra,” pungkasnya.
Diakhir kegiatan, Willy Ana dan Iwank memaparkan jumlah donasi yang terkumpul pada kotak donasi adalah Rp 5.497.000 serta jumlah total keseluruhan dari penggalangan dana dan melalui rekening adalah Rp 114 juta, “semoga donasi ini berkah dan berguna untuk membantu meringankan biaya pengobatan Bapak Hamsad Rangkuti dan semoga beliau bisa segera pulih kembali, sehat bugar dan bisa berkarya kembali. Di luar acara ini juga, kami mengajak Bapak dan Ibu semua untuk menyumbang langsung ke rekening Bapak Hamsad Rangkuti di bank BNI atas nama Hamsad Rangkuti dengan nomor rekening 0106423653,” tutupnya. (uti)
Berita Terkait :
Surat untuk Rohingya dari Malam Puisi Tangerang
Cerpen Nasrullah Alif: Perempuan Pemakai Kacamata
Hebat! 3 Anak Muda Kota Serang Jadi Delegasi Pertukaran Pemuda Antar Negara 2017