KOTA TANGERANG, biem.co – pada Sabtu lalu, Achi TM kembali menampilkan novel teranyarnya yang berkolaborasi bersama Febriandi Rahmatulloh. Bertempat di EV Hive, The Breeze BSD City acara peluncuran buku berjudul “Janadriyah: Sebuah Perjalanan” dimulai bersama Penerbit Emir.
Novel “Janadriyah: Sebuah Perjalanan” merupakan novel yang menceritakan tentang perjuangan anak Indonesia bernama Rahmat yang hidup penuh kesederhanaan, namun sedari kecil selalu bermimpi bisa membawa orang tuanya pergi haji. Rahmat juga selalu bermimpi untuk bisa pergi dan menjelajah ke luar negeri. Salah satunya yaitu pergi ke kota Mekkah dan Janadriyah. Masa remaja Rahmat yang penuh pergaulan buruk hampir membuat mimpi-mimpinya tersebut kandas. Perlahan demi perlahan Rahmat mulai selalu mendapatkan prestasi sampai akhirnya ia mendapatkan beasiswa. Saat itu titik cerah mimpi-mimpinya mulai terwujud, salah satunya ialah pergi ke luar negeri.
Novel yang ditulis oleh Febriandi Rahmatulloh dan Achi TM ini diangkat dari kisah nyata sang penulis (Febriandi Rahmatulloh) yang saat ini tengah bekerja sebagai konsultan marketing di Vodafon, Qatar. Achi TM sendiri merupakan penulis novel senior yang karyanya telah malang-melintang di dunia kepenulisan, novelnya yang terakhir yaitu “Insya Allah Sah” telah diangkat ke layar lebar oleh MD Entertainment.
Acara yang berjalan empat jam mulai pukul 9.00 WIB ini, menampilkan banyak kemeriahan, seperti doorprize, kuis dan tanya jawab. Achi TM sendiri juga bercerita bagaimana ia bisa berkolaborasi bersama Febriandi Rahmatulloh.
“Jadi ada teman aku namanya Mbak Nisa, kebetulan dia teman SMA-nya Mas Febri, Nisa bilang kalau temannya Febri nawarin buat nulis bareng, dari situ kenalan sama Febri, menyatukan visi misi kita, kalau misalnya bukunya tidak sesuai dengan idealis aku, aku gak mau. Dari situ akhirnya kita mutusin kerjasama,” ujarnya pada wartawan biem.co.
Achi melanjutkan bahwa proses penulisan menghabiskan waktu hampir dua tahun, dimulai Agustus 2015 kemudian baru selesai ditulis bulan Maret kemarin, dan baru terbit sekarang, “kendalanya sih pertama kan kita beda tempat ya, saya di Tangerang beliau di Qatar, sehingga buat ngobrol-ngobrol itu terkendala sama waktu, saat di Qatar pagi disini malam, terkadang harus begadang gitu biar bisa ngobrol sama beliau,” lanjutnya.
Achi juga berharap tentu buku ini bisa mega best seller, hingga ratusan ribu orang yang baca. Mereka pun sudah menawarkan ke produser, dan produser tertarik dengan idenya juga ceritanya, namun untuk benar-benar bisa klop butuh waktu, produser harus baca dulu novelnya, sedangkan novelnya pun baru launching sekarang.
“Pertama dari ceritanya adalah sesuatu yang banyak disukai orang, perjalanan inspirasi dari seorang anak desa, kemudian sampai bisa kerja di luar negeri, sampai sekarang ke beberapa negara itu inspiratif, aku yakin banget bahwa novel ini pasti bisa jadi novel yang luar biasa,” lanjut Achi.
Tak hanya itu, hasil penjualan novel tersebut akan diberikan untuk kegiatan Lentera Surosowan, yang adalah suatu tempat dimana Febriandi menghabiskan masa-masa remajanya di sana. Lentera Surosowan ini banyak mendidik anak-anak yang kurang mampu dan berlokasi di Serang pinggiran, banyak di Banten terlihat juga sekolah-sekolah yang sudah kumuh dan rusak, jadi seperti itu salah satu daripada sisinya kegiatan Lentera Surosowan, membantu pendidikan anak-anak di desa.
Novel ini juga mendapatkan apresiasi dari beberapa penulis di antaranya Sungging Raga yang berkata bahwa penceritaan buku ini mengalir, dialog-dialog yang alami dan renyah, memberikan komposisi yang cukup lengkap untuk dinikmati.
Lalu Helvi Tiana Rosa yang mengatakan bahwa kisah nyata di dalam buku ini menarik dan menginspirasi, dan juga Habiburrahman El-Syirazy yang mengatakan ini adalah novel tentang keteguhan memegang prinsip di tengah dunia yang materialis, alurnya menarik, bahasanya enak dan amanatnya kuat, menarik dan layak dibaca.
Tak hanya itu, Pandji Pragiwaksono dan Titi Kamal pun sangat antusias menyukai novel Janadriyah tersebut, mereka banyak belajar dari pengalaman hidup Rahmat dari kecil hingga dewasa. Terakhir, seorang Nadila juga berkata bahwa Janadriyah mengingatkan ia denga riyuhnya kehidupan di Riyadh. Hidup di luar Indonesia memang penuh perjuangan namun penuh makna kehidupan, manis getirnya terangkum baik dalam novel perjalanan ini. (uti)
Berita Terkait :
Ternyata! Karena Ini Achi TM Menulis Novel Insya Allah, Sah!
Ulasan Novel ‘The Djaksa, Labirin Prosekutor’: Nasihat Bijak Lewat Cerita yang Bersahaja
Cerpen Alfian Putra Abdi: Gadis Pemburu Ketenangan