Oleh Yadi Riadi
CATATAN AKHIR TAHUN
*
akulah bayangan
di balik tembok kotamu
serupa debu
terlempar angin
kota ini, katamu
seperti menunggu mati
atau menunggu seseorang
dengan bara di matanya
menjadi api
membakar keheningan
semacam duka
berabad silam
kau lihat, orang-orang
memilih sembunyi
menutup pintu dan jendela
pura- pura merdeka
dengan lambung perih
dan harapan kosong
menggantung di tembok
dingin
berlumut
**
ke arah cahaya
tempat yang kita tuju
dimana lampu menyala
dan ribuan kisah
menjadi kenangan
di sepanjang musim
pesakitan
di kota ini, anakku
air mata tak mampu
mengubah apapun
sedang kesedihan
menjadi kubur
bagi diri sendiri
PEREMPUAN
*
Kesepian itu telah sampai di muara
Entah berapa abad penantian
Serupa dedaunan yang terapung
Di arus sungai menuju hilir
Perempuan
Kubayangkan kabut putih
Yang jatuh di pepohonan
Adalah sekumpulan malaikat
Yang mengantarmu ke altar
Di mana doa doa di ikrarkan
Dan kelak akan kita kenang
Sebagai hari paling sakral
Kau dan aku di pertemukan Tuhan
**
Pada nyala api di matamu
Akulah tubuh yang siap kau bakar
Di ranjang pengasingan
Ruang di mana peristiwa demi peristiwa
Serupa cahaya menerangi jalan pulang
Tatap mataku maka tataplah
Lupakan sejenak keresahan
Batu- batu di dasar kali
Menyelamlah lebih dalam
Akan kau temukan sampan
Lalu kita berlayar melewati
Musim demi musim
Dengan rindu dan harapan
TAMAN KOTA SUATU SENJA
Pada dedaunan yang jatuh ke tanah
Ada yang mesti kupahami dari isyarat cuaca
Yang menjadikannya kering
Kupungut satu per satu
Lalu ku bakar menjadi asap
Menjadi abu menuju langit
Jadilah gerimis bagi reranting dan pohonan
Yang tumbuh tanpa daun
Juga bagi burung-burung
Yang kehilangan sangkarnya
Di bangku taman
Telah kubangun kota dalam sajak
Selepas kupahat nama mu di bebatuan, di pepohonan
Sebelum tanah yang ku pijak menjadi pertokoan
Hotel-hotel atau perumahan elite
Bahkan menjadi kuburan bagi setiap kenangan
Meski aku tak paham tentang kenyataan
Tapi aku memahami isyarat matamu
Di kejauhan :
“perihal mimpi dan kerinduan “
Di bangku taman
Telah ku bangun kota dalam sajak
Tempat dimana kau dan aku
Mengenang setiap kenangan
DI KAMAR HOTEL
Sepertinya bulan
telah habis ku seduh
dalam segelas kopi
pun mantra mantra
telah selesai dirapalkan
pada sebatang rokok
yang tak pernah ku hisap
rasanya ingin ku bakar
bersama kenangan yang berkarat
tahunan silam
di kamar hotel
aku memilih terasing
dari isyarat cuaca yang tak terbaca
mengunci diri dari berbagai peristiwa
di balik jendela
ngong ping !
sepanjang langit
yang lengang
barangkali akulah pertapa
yang kehilangan doa
di antara wewangian dupa,
patung patung dewa
di pinggiran kota.
DI TAMAN
Sebelum kau temukan keberadaanku
telah aku tandai satu tempat
di mana kenangan telah tumbuh
di antara rupa rupa kembang
” bocah bocah berlari mengitari taman
menyerupai sayap kupu kupu begitu mungil dan centil”
tak ada gerimis kali ini,
saat kabut berhamburan dari matamu
menjelma rindu begitu dingin dan kelam di hatiku
Yadi Riadi lahir di Tasikmalaya, 01 Januari 1984, semasa SMA menimba ilmu sastra di Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI), yang di kelola oleh Sanggar Sastra Tasik (SST), bekerjasama dengan majalah Sastra Horison. Karya –karyanya dimuat di beberapa harian lokal, Kabar Priangan, Radar Tasikmalaya, Buletin Puitika, Beberapa puisinya dimuat di antologi bersama : Bukan Tanpa Sebuah Alasan (this3ook, 2008), SOULMATE (MIT, 2011), Menari Bersama Kunang – Kunang (Bapinger Education, 2011), Antologi dua bahasa Poetry- Poetry Diverse 120 Indonesian Poets ( Shell Publishing, 2012), Kampung Bulan (Disbudparpora Kota Tasikmalaya, 2012), Negeri Abal – Abal (KKK, 2013), Dari Negeri 5 NEGERI LANGIT (Kosa Kata Kita KKK, 2014), Kumpulan Puisi Ramadhan (Majelis Sastra Bandung, 2014).
Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.
Berita Terkait :
Sajak-sajak Dedet Setiadi
Sajak-sajak Firda Rastia
Cerpen Syukur Budiardjo: Tangisan Gadis Berjilbab