KOTA SERANG, biem.co – Provinsi Banten dikenal sebagai wilayah yang memiliki budaya relijius. Anggapan tersebut sampai saat ini masih melekat erat di mata masyarakat. Hal tersebut juga dikuatkan dengan adanya data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa 92,50 persen masyarakat Provinsi Banten adalah penduduk beragama Muslim. Dalam hal ini, citra yang dimiliki Banten harusnya bisa sesuai dengan visi yang diusung oleh Gubernur Banten tentang ‘ahlakul karimah’.
Ketua Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) KH. E. Syibli Syarjaya mengungkapkan, bahwa agar masyarakat Banten bisa berahlakul karimah, mereka harus memahami dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an. Namun bagaimana bisa mencapai keduanya jika dasarnya saja tidak diketahui oleh masyarakat.
Oleh karena itu, LPTQ bersama para akademisi melakukan survei tingkat melek huruf Al-Qur’an untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan masyarakat Banten dalam mengenali huruf Al-Qur’an dan kemampuan dalam membacanya. Hasil tersebut kemudian dipaparkan dalam kegiatan bertajuk “Seminar dan Ekspos Hasil Survei Melek Huruf Al-Qur’an dan Indikator Iman-Takwa”, di Aula Kementerian Agama Provinsi Banten, Rabu (23/08).
Seminar ini diikuti oleh puluhan undangan dari berbagai elemen, baik dari pejabat SKPD terkait juga ormas-ormas yang ada di Provinsi Banten. Hadir sebagai pembicara yaitu Boyke Pribadi, S.Si., MM, Dr. Lili Romli M.Si, dan Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie S.Ag., SH., MH., MA, yang merupakan perwakilan dari tim survei tersebut.
Diketahui, dari populasi muslim yang berjumlah 10.891.952 jiwa, juga dengan adanya pertimbangan margin of error sebesar 2,5 persen, survei ini dilakukan terhadap 1.505 responden yang tersebar di 155 desa/kelurahan pada 50 kecamatan di 8 Kabupaten dan Kota se-Provinsi Banten. Temuan survei tersebut kemudian tertuang dalam penilaian berdasarkan berbagai indikator.
Dalam hasil pada indikator tingkat bisa baca Al-Qur’an menunjukkan bahwa sebanyak 87,6 persen masyarakat Banten bisa membaca Al-Qur’an, sementara 12,4 persen tidak. Namun intensitas masyarakat yang membaca Al-Qur’an setiap harinya hanya berjumlah sebanyak 24,18 persen saja dan hanya 2,58 persen yang memiliki kelancaran dalam membaca Al-Qur’an.
Terlebih lagi, hasil survei menunjukkan bahwa ternyata masih ada 4,3 persen masyarakat Banten yang tidak memiliki Al-Qur’an di rumahnya. Selain keempat indikator tersebut, masih banyak indikator-indikator lain yang ada seperti tingkat kemampuan membaca, usia pertama kali membaca, tempat belajar membaca, ketersediaan mushaf, dan lain sebagainya.
Menurut Boyke Pribadi, penilaian dalam survei ini memang harus dikategorikan dalam berbagai indikator. Tujuannya adalah agar LPTQ bisa dengan mudah menyusun program yang akan dilakukan untuk mengintervensi kemampuan baca Al-Qur’an.
“Kita harapkan pemerintah daerah mengambil angka-angka ini sebagai tindak lanjut dengan membuat sebuah program, contohnya program pencetakan Al-Qur’an diperbanyak dan dibagikan secara gratis, mengirimkan guru-guru ngaji, membuat lomba-lomba terkait Al-Qur’an, atau melakukan langkah-langkah lain dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kemampuan orang Banten baca Al-Qur’an,” pungkasnya. (HH)
Berita Terkait :
Fatah Sulaiman: Berinteraksi Lebih Dekat dengan Alquran
Lahirkan Generasi Muda Cinta Alquran, di Banten Selatan Ada Gerakan Lebak Mengaji
Ini 5 Ciri Perempuan Ideal menurut Alquran