InspirasiPuisi

Sajak-sajak Muhammad Azka

Oleh Muhammad Azka

Silhouette Mustaf

tidak terlintas sedikit pun
menitip lelah kepada mereka
bagai anak yatim piatu dunia yang berlarian
dari dalam kecipak hujan mimpi

kau tak berharap telapak kakinya kering
sebab hatimu adalah ribuan sungai
yang menganak muara ke hariban arsy

nama-nama dan wajah yang sendu
adalah jantung yang berdebar
segala ucapanmu adalah tangan ibu
yang menuntun anak tangga langit

lantas kita semua ragu
tangan yang bergerak terbata
menggapai-gapai ke langit

setidaknya mereka telah mencecap
kemabukan yang paling dahsyat

Semarang 2016

 

Seribu Bintang Di Dada

aku tidak lagi terkesan dengan
seribu bintang malam yang berdzikir
di hari dalam penantian panjang
yang menganga merah di atas langit

selain rasa-rasa yang telah mengarat
segalanya menjelma lorong-lorong
panjang terbentang di sajadah masjid
bergema tangis-tangis dunia

kepada bunyi mata uang yang menggelepar
dari dalam kotak-kotak masjid
tembus kedalam kantong mereka sendiri

rindu kami sudah berkeringat
mencucurkan peluh yang menghitam
di mana kebaikan, di mana yatim piatu berada?

rindu kami tidak semewah di atas hidangan berbuka
rindu yang berjalan sederhana seribu kilometer
mencari bulan istimewa di bawah api membara

Semarang 2016

 

Kisah dari Timur

1/
kisah dari timur
berhamburan kuda bersayap di langit putih
dikendarai prajurit-prajurit berghutra
sesudah sayap mengepak kilau tembaga
sebagian jiwa terkatung oleh lena
saling membusung benar
lalu bulu-bulunya gugur dalam masa

2/
aku berziarah di gundukan gerus waktu
kepada badai gurun yang berderu tanya
dalam kemah para penemu ilmu
sedang pengetahuan manusia
ujung jari kelingking kalam

3/
Peradaban yang menyungai bercabang
bermuara ke rahang orang-orang
yang jati dirinya menderita menghilang

4/
perpustakaan baghdad merah bara
buku-buku mencebur ke sungai tigris
kata-kata beserta makna terapung dalam fana
membayang segerombol kuda mongol

5/
o! aku takut namun tak gentar
di jejak telapak kaki kuda mongol
sambil berbisik kisah kepada anak kelak
mengubur doa menunggu pembangkitan
yang pernah kemilau terang

Semarang 2016

 

Nyanyian Sunyi

:cut nyak dien

kepada perempuan
telaga di atas tanah paling dalam

“ibu kita cutnyakdien
putri nurani putri langit-bumi
harum namamu wahai
putri pertiwi yang mulia
sungguh suci cita-citamu
bagi indonesia”

nyanyianmu
dinyanyikan suara yang diam
nyalak ulanda kaphe
mengubur hidup-hidup di tanah Sumedang

suaramu menggetar dari dalam tanah
“kita takkan menangis di hadapan mereka
yang telah mati syahid!”

perlahan-lahan terdengar
orang-orang mendongak gemetar dan berlutut
menembangkan air
matanya lepas dari dalam dadanya

Semarang 2016


Muhammad Azka kelahiran Semarang 30 Agustus 1993, tinggal dan mengabdi di Pesantren Addainuriyah Dua Semarang. Buku antologi puisinya berjudul Menunggu Di Jendela (Rumah Kayu Publishing, 2016)


Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.

Editor: Esih Yuliasari

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ragam Tulisan Lainnya
Close
Back to top button