KOTA SERANG, biem.co – Puluhan orang dari berbagai elemen berkumpul menghadiri kegiatan yang diinisiasi oleh Suwaib Amirudin Foundation (SAF) bertajuk Dialog Publik dengan tema “Memaknai Demokrasi di Tingkat Lokal”, Jumat (21/07).
Hadir sebagai pembicara yakni Yandri Susanto (DPR-RI), Pramono U Thantowi (KPU-RI), Abdurrasyid Sidiq (Bawaslu Banten), Tb. Maman Suherman (Aktivis Muhammadiyah), Ade Hidayat (DPRD Banten), Agus Supriatna (Ketua KPU Provinsi Banten) dan Dr. Suwaib Amiruddin (Sosiolog Untirta).
Dalam paparannya Yandri menilai bahwa demokrasi lokal yang bermartabat harus dirumuskan bersama.
“Semua orang harus berpikir bersama untuk kebaikan demokrasi ditingkatan lokal, karena jika stakeholder di daerah berpikir dan berbuat curang, maka demokrasi akan rusak, dan hanya baik secara prosedural,” papar Yandri.
Pramono berpendapat, secara teori pemilu adalah sirkulasi kepemimpinan secara baik dan substatif. Dewasa ini dapat dilihat, apakah sudah sampai pada pengertian tersebut? Demokrasi tidak selesai manakala pilkada selesai, tetapi sepanjang pemerintahan itu berkuasa dengan cara menjadi kelompok kritis yang bersama-sama mengawal Pemerintah Daerah.
“Perlu sinergitas antar lembaga juga untuk mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya,” tambah Maman.
Sementara Abdurrasyid berpendapat, ada hal yang riskan dengan makna demokrasi, dimana pemenang dalam pilkada bisa jadi sebenarnya bukan yang terbaik karena one man one vote.
“Maka perlu peran serta semua pihak agar jangan sampai kekhawatiran tersebut terjadi, dengan cara berpikir secara kritis untuk kebaikan bersama sebelum menentukan pilihan dalam pemilu,” pungkasnya.
Anggota DPRD Banten Ade Hidayat mengatakan pemimpin kita masih belum mampu meningkatkan PAD. “Pendapatan daerah masih didominasi oleh pajak kendaraan. Pemimpin harus kreatif ciptakan Sumber sumber PAD seperti pembentukan BUMD” ujarnya. (AF)