HiburanWisata & Kuliner

Tasikardi, Danau Sejuta Pesona Keindahan nan Kaya Sejarah, Penasaran?

biem.co — Beragam pesona alam dan kebudayaan di Banten membuat setiap pasang mata terasa dimanjakan, sehingga tidak ingin berhenti untuk terus mengunjunginya. Apalagi bagi Sobat biem yang hobi travelling.

Kali ini, saya akan mengulas perjalanan ke salah satu objek wisata bersejarah di Kabupaten Serang, Banten. Ya, betul sekali, tempat itu bernama Danau Tasikardi. Meski reputasinya mungkin masih kalah dengan tempat wisata-wisata di daerah Pandeglang, Banten, semisal Pantai Sawarna, Taman Nasional Ujung Kulon, dan lainnya karena banyak dikunjungi para traveller. Selain itu, juga karena sering menjadi perbincangan di media sosial, seperti Tanjung Lesung yang juga dijadikan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) oleh pemerintah pusat.

Namun, jangan patah semangat dulu, Sobat biem! Karena, Danau Tasikardi menyimpan banyak hal yang harus kamu ketahui, bukan hanya objek wisata alamnya saja, namun yang lebih istimewa adalah karena menngandung banyak peninggalan sejarah Kerajaan Banten di masa lampau. Jadi, tidak diragukan lagi bahwa danau yang berada di Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang ini, selain kaya akan pesona alam juga berlimpah sejarahnya.

Di Danau Tasikardi, selain dapat merasakan indahnya pemandangan yang sudah disuguhkan Tuhan, Sobat biem juga bisa menikmati beberapa fasilitas wisata, mulai dari ayunan, becak mini, bebek gowes, atau bisa juga mancing ikan yang ada di danau, dengan catatan membawa alat pancing sendiri, ya! 

 
Saung kecil tempat istirahat di Danau Tasikardi. (Foto: Imam Munandar).

Fasilitas tersebut ada yang berbayar dan cuma-cuma alias gratis, seperti becak mini dikenai tarif Rp10 ribu dan bebek gowes Rp10 ribu. Selain itu, agar semakin betah berwisata, di sekitar Danau Tasikardi juga banyak terdapat para pedagang aneka makanan dan minuman, tinggal sediakan uangnya saja, ya!

Nah, soal bukti kekayaan sejarah kerajaan Banten masa lampau di Danau Tasikardi, menurut sejarah proses pembuatannya dibuat pada masa pemerintahan Panembahan Mualana Yusuf yang menjabat sebagai Sultan kedua dari Kesultanan Banten. 

Sementara itu, menurut para arkeolog, danau yang berada dua kilometer dari Keraton Surosowan ini, seluruh dasar danaunya terbuat dari ubin bata dan di tengah-tengah danau dibangun sebuah pulau kecil yang diberi nama Pulau Kaputren. Semula tempat peristirahatan yang dibangun diperuntukan bagi Ibunda Sultan untuk bertafakur. Namun, kemudian berkembang menjadi tempat penerimaan tamu-tamu negara.


Rimbunnya pepohonan menambah suasana Danau Tasikardi semakin sejuk. (Foto: Imam MUnandar).

Sedangkan air Danau Tasikardi berasal dari saluran irigasi yang bersumber dari Sungai Cibanten. Sebagian air danau digunakan untuk irigasi sawah yang berada di sekitar danau dan sebagian lagi disalurkan ke Keraton Surosowan dengan proses penjernihan air terlebih dahulu dikenal dengan nama Pengindelan Abang, Pengindelan Putih, dan Pengindelan Emas.

Baca juga: Pulau Tunda, Surga Tersembunyi di Laut Banten Utara. Yuk Jangan Tunda ke Pulau Tunda!

Karena lokasinya yang di kelilingi oleh rimbunnya pepohonan, Danau Tasikardi juga cocok untuk dijadikan tempat camping ground agar dapat menyatu dengan alam. Selain itu, Sobat biem, juga bisa menyewa perahu untuk menuju ke pulau kecil di tengah danau.

Nah, untuk mencapai lokasi Danau Tasikardi, Sobat biem bisa menggunakan motor ataupun angkutan kota dari Alun-alun Kramatwatu, Kabupaten Serang menuju ke arah Utara jalan raya Banten Lama. Para pengunjung akan dikenai tarif tiket masuk Rp10 ribu, tarif ini sudah termasuk biaya parkir untuk kendaraan bermotor. Agar dapat lebih menikmati perjalanan, Sobat biem, bisa menggunakan biro perjalanan dengan paket perjalanan.

Karena pesona keindahan dan kekayaan sejarahnya, kini Danau Tasikardi sudah masuk dalam Kawasan Situs Banten Lama, seperti Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon , Benteng Speelwijk, Masjid Pecinan Tinggi, dan Vihara Avalokitesvara Banten. Salam eksplorasi bukan eksploitasi. Selamat berwisata, Sobat biem! (red)



Rubrik ini diasuh oleh 
Imam Munandar.

Editor: Andri Firmansyah

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button