Oleh Seruni Unie
PERTEMUAN DALAM KOPI
Ku bayangkan, aku datang padamu
membawa rindu lugu, pemberian almarhumah ibu
berharap kau menyambut
dengan tatapan lembut
disertai secangkir kopi untuk ku sruput.
Ku bayangkan, kita habiskan malam
hingga tandas tanpa sisa
dalam pekat itu, aku dan kamu saling berpagut
seperti gula dan arabica yang larut
menimbulkan manis, doa gerimis
Tapi bulshit! aku terlalu penakut untuk menujumu
pertemuan dalam kopi hanya menjelma imaji
sedang jarak kita tak lebih sejengkal
namun aku memilih berdiam
zikir pelan
demi mengurungmu di kenangan
Solo, 2016/2017
DEAR GEORG TRAKL
1/
graffity yang kau tinggal di tubuh sajak
mulai menyergapku, Trakl
menjelma pelukan dan lagu pujian
pada detak isya, ketika gelap tiba
dan aku berantakan
seiring anggun bayangmu diingatan
menjelma bintang hijau
sewarna cinta tak terjangkau
bukan saja sebab kita berpapas di abad berbeda
tapi ketampanan tuturmu adalah mantra
membuatku tak berani membilang rasa
untuk mencantumkan suka
pada elegi jingga
di jiwamu
2/
Sekali lagi saja, Trakl
ijinkan aku istirah di abjad dadamu
sebagai kekasih rahasia
yang disetubuhi merah dupa
biar dalam pilu sejarah, aku bisa mengecup biru kemurungan
menandai jantung
: kasmaran
Solo, 2017
MONOLOG LAJANG
1/
Aku mulai tak yakin dengan ketabahan musim
yang tiba-tiba kewalahan, melukiskan sepi
setelah waktu memergoki
Sujud ini tak lagi khusuk, selalu kasak
selalu berderak
siapa kelak? penghibah kecupan di akhir sembahyang
saat renta menghampiri, saat pipi tak ranum lagi
sementara malam kian nglangut
: mendeklarasi uban dan keriput
2/
Andai takdir bisa kumainkan
barangkali malam ini kita bisa kencan .
berciuman
sembari menghayati doa yang memilih pejam
setelah sahadat diucapkan
andai …
Solo, 2016
NARASI SEBUAH KAFE DI PUNCAK
duduk melingkari meja bundar, ceritamu berpendar
menyantuni coklat, kripik kentang juga bakwan
sesekali kopi kau lirik
sambil tak henti bibirmu mengunyah kisah cinta unik
pada garis persimpangan
dimana tata krama terabaikan
kau meramu sendiri
jalinan asmara yang membara anomali
di luar hujan menderas kencang
kafe terasa panas
orang-orang berdatangan, sekedar berteduh pun mengisi lapar
kau terus asyik, membeberkan kenangan blaik
tapi entah di sudut mana kaum nabi Luth berada
cuma aku tahu, pelan-pelan langkahmu bersekutu
ke luar
dan aku makin tolol menerjemahkan
Solo, 2017
Seruni Unie, penyair asal Solo. Sejumlah tulisannya sempat terbit di media massa juga antologi bersama. Bergiat di Pawon sastra.
Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.