Oleh Sofyan RH. Zaid
KAMPUNG BANDAN
pada pertigaan waktu # jalanan menjadi beku
dinding masjid bercahaya # ayat kesunyian terbaca
sawah luas terbentang # malaikat mendiami pematang
bulir padi menguning # dalam pertapaan hening
terdengar kecipak kali # katak memanggil pagi
aku lihat matahari terbit # dari kaki lain langit
kumbang berubah burung # kembang menjadi gunung
melengkung sebuah jembatan # serupa daun pandan
bercabang ke masa depan # harum kampung dalam ingatan
: sofyan dan Rumi berlari # menuju halaman kitab suci
2014
HALAQAH PULOSIRIH
di bawah bintang pandawa # angin mempertemukan kita
Plato dan Suhrawardi berloncatan # dari kubang langit peradaban
Barat dan Timur bertemu # Iqbal dan Goethe bertamu
Sadra membangun istana # berbatas lembah cahaya
Galileo jatuh dari bulan # Ghazali bergantung di awan
dalam cangkir madu # terlihat wajah ibu
dari geletak buku # terdengar lagu pilu
kepulan asap rokok # melukis wajah tembok
Rilke dan Attar menatapnya # seperti membaca peta surga
sementara Rabi’ah menunggu # dalam kamar waktu
pintu terbuka lebar # ular purba menjalar
Adam meniup seruling # Hawa menutup kuping
membusuk buah khuldi # membentang jagat diri
perlahan turun kabut # malam semakin larut
tubuh menukar ruh # bintang pandawa jatuh
bumi mengucap harap # lirih serupa ratap
kita berjalan bertali tangan # pulang kembali pada kesunyian
2014
KAMPUNG KEBENARAN
bercumbu di sumbu waktu # antara nafsu dan rindu
kemesraan menjadi api # meremangi bentala diri
gairah meledak menyebar # kita terkapar sadar
(Marx mengibarkan bendera # dari puncak menara
:kalian hanya mencintai dunia # tanpa tahu cara mengubahnya)
kita berjalan menuju senja # melintasi siang yang bara
tubuh berubah warna # perlahan jadi bianglala
melukis lapis awan # seperti darah perawan
(Kant di atas bukit # mengacungkan jari ke langit
:mata tak pernah sampai # tanpa akal melambai)
kita berpendar pencar # memoles ufuk bergetar
burung pulang ke sarang # kembali menjadi pohon rindang
laron mulai menembang # angin menabuh genderang
(Plato memanggil dari gua # menulis kalimat pada dindingnya
:suluh menyebabkan bayangan # gerak menjadikan pengetahuan)
matahari karam dalam kelam # kita padam menjelma malam
menyimpan segala rahasia # kesenyapan melahirkan serigala
seketika bulan gerhana # kentongan membangunkan segala
(Farabi memainkan qanun # menari bersama daun
:mulanya adalah cahaya # kemudian semesta tercipta)
kita tersesat dalam gelap # meraba arah lalu lelap
paginya kita terpisah # mata mengucur kisah
kau tertinggal dalam gua # aku tersangkut di menara
kita percaya pada surga # kembali berjumpa suatu masa
:melihat Kant, mendengar Farabi # lalu mendaki puncak puisi
2014-2017
KAWIN BATIN
ruhku menikahi ruhmu # pusat jagat bertemu
maharku kalimat syahadat # terimalah sebagai hakikat
wali malaikat saksi Allah # Ahmad pun mengucap sah
kita menuju sungai # terseret arus ke pantai
di bawah janur bercumbu # butir pasir pecah seribu
perlahan menaiki perahu # mengarungi lautan hu
ombak hu, riak hu # seluruh penjuru jadi hu
huku humu berpelukan # sepanjang angin pelayaran
berenang Rumi dan Hafis # gerimis perlahan turun tipis
bulan meleleh madu # bintang saling berpadu
Bakar dan Umar hadir # Usman dan Ali mencair
ruh kita satu # melebur dalam rindu
bersama ikan abad # mengarah pulau ahad
lalu perahu berlabuh # suara begitu riuh
: hu hu hu hu # hu hu hu hu
2014-2017
FILSAFAT AGAMA
akhirnya kau pergi # melintasi batas mimpi
setelah lama bersama # dalam rumah sukma
suaramu yang serak # tersimpan dalam sajak
kau terus bernyanyi # di panggung sunyi
Paz membaca puisi # Daud meniup hati
kali darah berhenti # sejenak aku mati
Isa memberiku kursi # kepala bergoyang sendiri
Rene menuangkan anggur # aku bersulang luhur
di puncak tertinggi jiwaku # filsafat dan agama bersatu
sedang kenangan antara kita # berkubang abadi dalam dada
2014
Sofyan RH. Zaid, lahir di Jenangger, Batang-batang, Sumenep 08 Januari 1986. Mulai rajin membaca sejak kelas 5 SDN Jenangger. Belajar menulis sejak kelas 1 MTs. Miftahul Ulum Batang-batang. Berproses kreatif secara intensif ketika menjadi santri di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-guluk. Kecintaannya pada sastra terus berlanjut sampai dia kuliah di Universitas Paramadina Jakarta, jurusan Falsafah Agama. Beberapa kali memenangkan sayembara kepenulisan puisi, baik tingkat lokal maupun nasional, salah satunya Sayembara Puisi “Pesan Damai untuk Seluruh Manusia” 2017 PCI-NU Maroko dengan puisi “Surat Kepada Alfreda, XVII”.
Karya-karyanya berupa puisi dan esai terbit di sejumlah media, seperti Media Indonesia, Jawa Pos, Bali Post, Indopos, Padang Ekspres, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Seputar Indonesia, Solopos, Merapi, Suara NTB, Banjarmasin Post, Metro Jambi, Minggu Pagi, Radar Bekasi, Radar Madura, Horison, Annida, Sahabat Pena, Kuntum, BasaBasi, dan sebagainya.
Sejumlah karyanya juga tergabung dalam buku bersama, semisal Biarkan Aku Memningmu dengan Puisi (EKBT, 2007), Empat Amanat Hujan (DKJ, 2010), Surat-surat Cinta Untuk KPK (Diva, 2012), Narasi Tembuni (KSI, 2012), Suara 5 Negara (Tuas Media, 2012), Tifa Nusantara I,II & III (TKSN, 2013, 2015, 2016), Negeri Langit (DNP V, 2014), Negeri Laut (DNP VI, 2015), Negeri Awan (DNP VII, 2017), Bersepeda ke Bulan (Indopos, 2014), Nun (Indopos, 2015) Lentera Sastra II (Antologi Puisi 5 Negara, 2014), Pengantin Langit (KSI, 2014), Titik Temu (KJ, 2014), Solo dalam Puisi (Pawon, 2014), Saksi Bekasi (TareSI, 2015), 1.000 (New)haiku (KKK, 2015), Sajak Puncak (TareSI, 2014), Kepak Sajak (TareSI, 2016), Gelombang Puisi Maritim (DKB, 2016), Pasie Karam (DKAB, 2016), dan lainnya.
Kini aktif menjadi editor dan konsultan. Tercatat sebagai anggota Pokja Keuangan dan Perbankan Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN RI). Selain menjadi redaktur di Jurnal Sastra LOKOMOTEKS, juga berproses kreatif di Hari Puisi Indonesia, dan Serumpun Foundation. Buku puisi tunggal pertamanya Pagar Kenabian (TareSI, 2015) mendapat banyak ‘perhatian’ sebagai ‘puisi pagar’ dan masuk 15 nominasi Anugerah Hari Puisi Indonesia (2015). Sebagai trilogi puisi pagar, sedang dipersiapkan antologi puisi tunggal selanjutnya, yaitu: Pagar Cahaya (2020), dan Pagar Tunggal (2025). Lelaki yang menyukai mie ayam ini, tinggal di Bekasi.
Kontak
+62878 7751 3761
Rubrik ini diasuh oleh M. Rois Rinaldi.