KOTA SERANG, biem.co – Sahabat biem, Banten menyimpan banyak peninggalan sejarah yang tak dapat diluputkan dari benak seluruh masyarakatnya. Mengingat sumber tertulis dan saksi mati berupa bangunan-bangunannya sampai saat ini masih dapat dilihat dengan seksama oleh semua pasang mata. Namun demikian, ada saja tempat bersejarah di Banten yang belum terungkap dengan jelas, terutama peninggalan makam atau keramat. Di mana, seperti kita ketahui bersama bahwa peninggalan bangunan makam atau sejenisnya dapat dijadikan sebagai tempat wisata religi.
Kali ini, redaksi biem.co, akan mencoba mengulas sekilas sejarah tentang Kapal Bosok dan lokasinya, yang dapat menjadi salah satu pilihan tempat untuk Anda berwisata religi. Sudahkah Anda mengetahui sejarah dan lokasinya?
Banyak versi mengenai sejarah Kapal Bosok. Di antara versi yang berhasil diperoleh di lapangan, disebutkan bahwa pada zaman dahulu terdapat seorang laki-laki yang memiliki kesaktian, ia cukup dikenal di kalangan Kesultanan Banten. Seorang sakti itu bernama Ki Abdulllah Anggaderpa.
Tampak menara Kapal Bosok. (Foto: Imam Munandar).
Kala itu, Ki Abdulllah Anggaderpa diperintah oleh Sultan (tidak diketahui sultan yang mana) untuk mencari kayu bakar guna melakukan perhelatan selametan putri Sultan. Kemudian, Ki Abdullah Anggaderpa malah membawa sebatang pohon kayu, bukan membawa kayu bakar.
Sehingga, singkat cerita, Sultan murka terhadap Ki Abdullah Anggaderpa. Lalu diikatlah Ki Abdullah Anggaderpa di kapal laut yang berada di Pelabuhan Karangantu, Banten. Namun demikian, dengan kesaktiannya, kapal tersebut ditarik sejauh 20 kilometer oleh Ki Abdullah Anggaderpa dari Pelabuhan Karangantu hingga tiba di Kampung Drangong, Kelurahan Curug Manis, Kecamatan Curug, Kota Serang, Provinsi Banten, yang kini menjadi lokasi keberadaan Kapal Bosok.
Kemudian, diceritkan bahwa setelah kapal tersebut pindah tempat, Ki Abdullah Anggaderpa tutup usia. Sampai saat ini, makamnya sering didatangi oleh ratusan para peziarah, baik dalam maupun luar kota.
Tampak makam Ki Abdulllah Anggaderpa, dibalut bendera merah putih. (Foto: Imam Munandar).
Sementara, sebutan Kapal Bosok sendiri berarti busuk (bosok dalam bahasa Jawa). Sehinnga, bangunan kapal sekarang menjadi simbol sesungguhnya dari kisaih Kapal Bosok tersebut di atas.
Untuk menuju ke lokasi Kapal Bosok memang cukup sulit, mengingat letaknya yang berada di tengah-tengah lahan persawahan, juga harus menjelajahi jalanan berliku. Redaksi biem.co, akan mencoba memberikan pilihan rute untuk Anda bila ingin berkunjung ke sana. Yaitu, dari arah Terminal Pakupatan, melaju ke Perempatan Boru, kemudian dilanjutkan ke Curug (menuju arah Kecamatan Curug), lalu menyusuri jalan sekira 4 kilometer dari Kantor Kecamatan Curug ke Kapal Bosok.
Sahabat biem, penasaran, kan? Jadi, jangan dinanti-nanti segera berkunjung ke sana, ya! (red)
Rubrik ini diasuh oleh Imam Munandar.