KOTA SERANG, biem.co — Bengkel Menulis dan Sastra (Belistra) Untirta pada 7 April lalu genap berusia satu dekade. Belistra sendiri dimotori oleh sastrawan sekaligus dosen di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Untirta, ini tidak pernah menutup diri untuk dimasuki siapa pun dan jurusan manapun.
Wadah yang pada 2010 silam resmi berbentuk UKM Fakultas ini, yakni di bawah naungan FKIP, merayakan hari jadinya yang ke-10 dengan mengadakan sayembara menulis cerpen dan malam prosa yang bertajuk “Pahami: Aku Kekal Menyala dalam Kekosonganmu” pada 27 April lalu di Teater Terbuka, Kampus A Untirta. Acara malam prosa berjalan kurang lebih tiga jam mulai pukul 19.00 WIB.
Siti Nuraisyah, gadis yang sering disapa Aisyah, selaku ketua Belistra menjelaskan bahwa tema tersebut dikutip dari salah satu puisi Almarhum Wan Anwar—salah satu pelopor Belistra—yang berjudul Kasidah Lilin, “selain bertujuan untuk membedakan dari malam puisi, juga untuk perenungan dan bentuk rasa syukur atas 10 tahun Belistra serta apresiasi atas karya-karya prosa,” ujarnya.
Perayaan tersebut menghadirkan beberapa mahasiswa Untirta, komunitas di luar Untirta, anggota Belistra dan senior-senior yang berkecimpung di Belistra. Selain diskusi-diskusi hangat oleh mantan-mantan ketua Belistra, juga ada pembacaan dongeng oleh Dela Aulia, musikalisasi puisi oleh Fajar Timur, pembacaan puisi oleh Adi Prasatyo dan Peri Sandi Huizche.
Selain itu, kegiatan sayembara menulis cerita pendek se-FKIP Untirta yang dilaksanakan mulai tanggal 1 sampai 23 April lalu, juga menjadikan karya Dela Aulia yang berjudul “Benih Untuk Mikar” sebagai juara 1, Syifa Rahmayani berjudul “Menulis di Atas Hujan” sebagai juara 2 dan Zahra Fawziah berjudul “The Boys Who Stand Under the Rain” sebagai juara 3.
Dela Aulia pun memberikan ungkapan bahagia atas kemenangan yang ia raih, “sangat bahagia sekali, hal ini menandakan bahwa hasil tulisan saya telah memiliki tempat untuk pembacanya. Tentu kemenangan ini akan saya jadikan acuan untuk menciptakan karya-karya selanjutnya. Dengan cara saya sendiri dan juga lahir karena saya yang menginginkannya. Semoga Belistra akan terus dicintai oleh penggiat di dalamnya, serta dapat selalu menjadi rumah ternyaman,” pungkasnya.
Di pertengahan acara pun ada pemotongan tumpeng oleh Wahyu Arya, selaku ketua Belistra periode pertama.
“Saya juga meyakini bahwa di dalam diri kami masih tetap ada semangat untuk menulis yang menyala meski dalam kekosongan,” tutup Aisyah. [uti]