JAKARTA, biem.co – Dalam Festival Fotografi Kompas, Komunitas Lubang Jarum Indonesia berkesempatan untuk memberikan workshop kepada pengunjung dengan memperkenalkan kamera lubang jarum dan cara pembuatannya hingga cetak kamar gelap. Ray Bachtiar selaku pendiri komunitas tersebut memberikan penjelasan dengan apik dan seru mengenai kamera-kamera dari masa ke masa. Workshop tersebut berjalan dua jam, mulai pukul 16.00 WIB di Panggung Utama Bentara Budaya Jakarta.
Komunitas ini berdiri pada Agustus 2002, dan hingga kini daftar regional KLJI sudah mencapai 33 provinsi se-Indonesia. Sudah hampir 15 tahun KLJI bergerak dan melawan arus di bidang alternatif fotografi namun hingga kini KLJI tidak terhanyut ataupun hilang, walaupun menggunakan barang-barang yang masih tradisional.
Kamera lubang jarum sendiri adalah sebuah kamera tanpa lensa yang bisa kita dibuat dari barang apapun, dengan syarat memiliki ruang yang kedap cahaya dan memiliki sebuah lubang kecil untuk memproyeksikan cahaya menjadi sebuah gambar visual dengan posisi terbalik.
Ray tidak hanya menjelaskan simbol-simbol pada gambar dari berbagai nusantara dan menjelaskan kamera-kamera di dunia, melainkan juga menjelaskan pembuatan kamera lubang jarum yang memakai rumus logika pada fotografi, yaitu N-P-M (Naturalis-Perfective-Moment Opname). Ada dua jenis kamera lubang jarum yaitu bulat dan kotak, yang masing-masing memberikan efek berbeda.
Pembuatan kamera lubang jarum memang cukup sulit, sangat berbanding terbalik dengan kamera digital pada masa sekarang, ditambah kamera tersebut punya hasil cetak sendiri, beda dengan hasil cetak kamera-kamera digital lainnya.
Contoh kamera lubang jarum,
sumber: satulingkar.com
“Kamera lubang jarum bukan alat yang sempurna tapi kendaraan untuk menjadi sempurna,” ujar Ray Bachtiar saat menjelaskan salah satu slide.
Ray juga mengenalkan beberapa karya dari teman-teman KLJI tersebut, ada Hendra mahasiswa dari Pakuan Bogor yang bercerita asal-usul kamera lubang jarum yang ia buat semasa menjalani tugas akhir dengan memadukan sistem robotik, dan menjelaskan cara kerja kamera yang ia buat.
Kemudian Pak Budi dari KLJ Pekalongan yang sedang mengenalkan fotografi tesebut ke ranah sekolah-sekolah.
“Memotret tidak harus membeli kamera mahal, melainkan bisa dibuat dari barang bekas,” tutur Pak Budi.
Walaupun kamera lubang jarum ini sangat beda dengan kamera biasanya, namun banyak dari komunitas fotografi lainnya yang mendukung hadirnya kamera lubang jarum tersebut. Agustim selaku anggota KLJI tersebut juga menjelaskan bahwa kamera lubang jarum ini yang dinikmati adalah prosesnya.
“Kalau kamera digital hasilnya pasti jadi, kamera lubang jarum belum tentu jadi, bahkan ketidakjadian tersebut bisa menjadi kesenangan juga bagi kita,” tuturnya.
Hasil kamera lubang jarum,
sumber: citizenmags.com
Di akhir workshop juga ada diskusi santai untuk penonton yang ingin bertanya mengenai kamera tersebut, terlihat yang datang banyak dari kalangan anak sekolah dan selebihnya umum.
“Saya belum pernah melihat hasil-hasil dari kamera lubang jarum tersebut dan tidak tahu bagaimana penggunaannya, tapi setelah saya melihat langsung dan dijelaskan dari berbagai kamera yang dibuat, gak nyangka aja sih bisa sekeren itu, bisa dicoba dirumah pakai barang-barang bekas,” ujar Sandy Budiyanto salah satu penonton workshop. (uti)