TANGSEL, biem.co – Tidak dapat dipungkiri bahwa peran kepala sekolah (kepsek) dalam menindaklanjuti hasil pelatihan menjadi hal utama bagi keberlangsungan manfaat dan dampak pelatihan penggunaan buku bacaan berjenjang.
Koordinator USAID PRIORITAS Provinsi Banten, Rifki Rosyad, menuturkan pada saat pelatihan, kami mengundang kepsek agar dapat melihat langsung pelatihan yang kami berikan dan juga berkomitmen untuk mendampingi implementasi hasil pelatihan di kelas.
“Kepsek berperan untuk memantau penggunaan buku bacaan berjenjang yang sudah kami hibahkan agar implementasi pelatihan ini bisa berdampak untuk meningkatkan literasi siswa,” tutur Rifki baru-baru ini.
Lebih lanjut, Rifki menjelaskan, ada 113 sekolah di Tanggerang Selatan yang sudah mendapatkan hibah buku bacaan berjenjang dan 4,624 guru kelas awal yang telah mendapatkan pelatihan dari USAID PRIORITAS.
“Setiap sekolah sudah mendapatkan hibah 75 judul buku bacaan berjenjang atau 612 buku,” katanya.
Untuk Banten, imbuh Rifki, buku bacaan berjenjang telah berhasil dihibahkan lebih dari 600 ribu buah buku bacaan berjenjang dan melatih hampir 5 ribu guru kelas awal sejak tahun lalu.
Baca juga: Pendampingan Jadi Pembeda USAID PRIORITAS dengan Penyelenggara Lain
Usai pelatihan, para guru kelas awal berkumpul lagi untuk melaksanakan pendampingan. Jumiyati, Fasilitator Program Buku Bacaan Berjenjang berpendapat bahwa sebagian besar kendala implementasi usai pelatihan adalah peran kepala sekolah untuk memonitor para guru di kelas.
“Saat refleksi bersama ternyata sebagian besar guru tidak mengalami kesulitan menerapkannya di kelas. Namun kendala terbesar adalah peran kepsek dalam memantau guru dan melaksanakannya di kelas. Lagipula masih banyak buku yang dihibahkan belum digunakan pihak sekolah. Ini semua memerlukan peran kepsek untuk mengelolanya lagi,” kata Jumiyati.
Sementara itu, menurut Mustofa, yang juga sebagai Fasilitator Program Buku Bacaan Berjenjang mengungkapkan, pendampingan bertujuan untuk memonitor kemajuan implementasi pelatihan di sekolah.
“Pelatihan penggunaan buku bacaan berjenjang sudah dilaksanakan sejak April tahun lalu di tingkat gugus di Tangsel. Setelah pelatihan, para guru berkumpul untuk melaksanakan pendampingan seperti yang sedang dilaksanakan sekarang di gugus Pondok Aren ini,” terang Mustafa.
Sebagai contoh, di gugus 14 Pondok Aren Tangsel, terdapat 24 guru kelas awal dari 8 sekolah binaan gugus. Mereka berkumpul bersama untuk melakukan refleksi dan mengamati dua guru model yang menggunakan buku bacaan berjenjang di kelas.
“Pendampingan bukan bertujuan untuk mencari kesalahan para guru melainkan untuk belajar bersama implementasi hasil pelatihan di kelas,” pungkas Mustafa sambil mengamati empat guru model yang mempraktikkan membaca terbimbing dan membaca bersama dengan buku besar. (Red)