biem.co – Suatu kebahagiaan bagi biem.co, sosok Devia Bernady (53) pendiri sekaligus pemilik Klinik Ikhlas Medika berkenan meluangkan waktunya untuk hadir, berbagi pengalaman, dan menceritakan perjalanannya dalam membangun Ikhlas Medika yang banyak dikenal banyak orang, Rabu (30/11/2016) malam.
Bagi yang belum mengenal nama beliau, mungkin Anda lebih mengenal nama Ikhlas Medika. Ya, Beny, sapaan akrabnya, adalah sosok yang yang berada di belakang nama besar Ikhlas Medika. Bisnis dengan core jasa kesehatan ini dirintis Beny bersama sang istri dengan cara yang sederhana dan humanis.
Beny mengaku, tidak pernah takut saat memulai usahanya. Tidak takut gagal apalagi bangkrut, ia memiliki prinsip yang sederhana, menurutnya “Tuhan akan memperturutkan apa-apa yang ada dalam pikiran kita.”
“Jika kita berpikir bisa, maka kita bisa,” tambah Beny.
Pernah dibenci karena berencana keluar dari perusahaan yang sudah menghidupinya selama belasan tahun, Beny sempat dikucilkan keluarga.
“Dimarahi orangtua dan bertengkar dengan istri, pernah saya alami,” ujarnya.
Merintis bisnis yang bergerak di bidang jasa, kunci kesuksesannya terletak pada strategi yang diterapkan. Menurut Beny dalam menjalankan Ikhlas Medika strategi yang dibangun adalah strategi kemanusiaan. Strategi itu meliputi kesediaan untuk berbagi, menjunjung tinggi kejujuran, serta membangun citra baik dengan bersedia memperbaiki kesalahan-kesalahan kecil.
Kenapa harus klinik kesehatan sebagai core bisnis?
Menurut Beny, membuka usaha jenis ini lebih mudah, bukan saja karena jasa kesehatan banyak dibutuhkan, melainkan lebih kepada apa yang bisa dilakukan saat ini dan apa yang menjadi keahlian saya.
Beny yang juga seorang dosen enterpreneur di salah satu perguruan tinggi swasta di Banten ini ternyata pernah gagal berkali-kali menjalankan berbagai macam bisnis. Salah satunya pernah memiliki rencana bisnis mendirikan rumah makan, namun tidak berhasil, selain banyak saingan dan proses produksinya yang terlalu melelahkan, Beny juga mengakui bahwa ia tidak menguasai bidang kuliner.
“Dalam menjalankan bisnis, nekat saja tidak cukup, kondisi dan kompetensi juga harus dipertimbangkan, agar tidak konyol dan sia-sia,” tambahnya.
Beny tidak merasa bahwa apa yang telah dimilikinya adalah sebuah kesuksesan. Menurutnya, kesuksesan tidak hanya diukur dari seberapa banyak bisnis yang digeluti atau seberapa banyak laba yang dihasilkan.
“Ukuran kesuksesan itu adalah kebahagiaan, lakukan semuanya dengan bahagia dan jangan mendholimi orang lain, maka Anda akan menemukan kesuksesan,” pungkas Beny. (liah/andri)