JAKARTA, biem.co — Sidang Paripurna DPR tanggal 4 Oktober 2000 memutuskan Banten menjadi provinsi. Waktu itu, ribuan masyarakat Banten yang memenuhi pelataran gedung DPR-MPR RI tumpah ruah saling bersalaman, berangkulan sambil mengucapkan selamat. Teriakan "Allahu Akbar!" terdengar kencang, pekikan "Hidup Banten!" saling bersahutan satu sama lain. Di antara ribuan orang tersebut ada seorang Tryana Sjam'un yang menitikkan air mata keharuan.
Triyana masih ingat beberapa peristiwa penting yang pernah ia lewati bersama para tokoh lain penggagas perjuangan Banten keluar dari Jawa Barat.
"Pada saat Banten disahkan jadi provinsi pada 4 Oktober, saat itu saya nangis," ujar Tryana Sjam'un saat, seperti yang kutip dari detikcom Selasa, (4/10/2016).
Pada saat itu, Tryana Sjam'un adalah seorang tokoh penggagas pendirian Provinsi Banten. Ia, waktu itu menjabat sebagai Ketua Umum Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Banten (Bakor PBB). Sebuah badan yang berisikan tokoh-tokoh penggagas cita-cita Banten menjadi provinsi seperti Uwes Qorny (tokoh dari Lebak) dan Irsyad Djuwaeli (ketua PB Matla'ul Anwar). Keduanya adalah tokoh penggagas dengan nama organisasi berbeda dan kemudian dilebur menjadi Bakor PBB pimpinan Tryana Sjam'un.
Beberapa hari kemudian pasca-disahkannya Banten menjadi provinsi, diadakanlah sebuah syukuran yang dihadiri oleh masyarakat Banten di Serang. Dalam kesempatan itu, Tryana menyampaian sebuah pesan yang isinya siapapun pemimpin Banten, adalah ia yang harus melawan kemiskinan dan kebodohan yang ada di Banten.
"Siapa pun Gubernur Banten nanti, ia harus berhadapan dengan kemiskinan dan kebodohan," ujar Tryana yang berprofesi sebagai pengusaha ini.
Apakah selama 16 tahun semenjak disahkannya Banten menjadi provinsi permasalahan kemiskinan, kebodohan, dan pembangunan sudah merata di Banten? Apakah cita-cita terbentuknya provinsi sudah sesuai dengan harapan para tokoh penggagas? Tryana hanya menjawab, tidak. Menurutnya, cita-cita masyarakat Banten yang sejahtera, adil, dan diridai Tuhan masih jauh panggang dari api.
"Tidak. Coba kamu lihat ke belakang ini. Yang menyimpang banyak sekali. Saya sudah lelah mengingatkan kudu kie… kudu kitu (harus begini dan begitu)," kata Triyana bercerita.
Di satu sisi, Tryana menambahkan dirinya enggan berbicara mengenai pemilihan Gubernur Banten 2017 datang. Apalagi, bersamaan dengan hari jadi Banten, ada momen pemilihan gubernur serentak yang sedang marak. Yang jelas, menurut Tryana, siapa pun gubernur Banten akan datang, haruslah sosok yang mengerti mengenai tujuan awal waktu provinsi ini didirikan. Selain itu, ia juga mengingatkan bahwa Provinsi Banten hanyalah suatu alat untuk mencapai tujuan masyarakat Banten yang sejahtera. Oleh sebab itu, menurutnya, siapapun boleh memimpin Banten. Asalkan ia mengerti bagaimana membangun provinsi ke depan.
"Siapa pun yang memimpin Banten asal inget dengan tujuan. Nggak masalah orang Serang, Merak, Pandeglang. Daripada dipimpin orang Banten yang zalim," kata Tryana.
Ia juga mengatakan bahwa siapa pun pemimpin Banten nanti yang menang di pilkada, haruslah berperangai baik, dan mengerti bagaimana membangun Banten ke depan.
Pesan Mendiang Gus Dur
Pada satu kesempatan di tahun 2000, Tryana Sjam'un dan beberapa tokoh Banten lain sedang gencar memperjuangkan Banten menjadi provinsi. Mereka datang ke Bina Graha di komplek Istana Kepresidenan untuk bersilaturahmi dengan Presiden Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur. Selain itu, di pertemuan tersebut mereka meminta agar Gus Dur lekas menandatangani hasil sidang DPOD (Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah) terkait pendirian Banten menjadi provinsi baru.
Di hadapan tokoh-tokoh Banten, ada pesan dari Gus Dur yang masih diingat oleh Tryana sampai sekarang. Gus Dur mengaku bahwa dirinya masih kerurunan dari Banten. Nenek moyang Gus Dur adalah murid dari Nawawi Al Bantani asal Tanara secara keilmuan. Maka dari itu, Gus Dur kemudian berpesan jika Banten kelak menjadi provinsi, jangan sampai provinsi ini tidak makmur.
"Tryana, kalau Banten sudah jadi provinsi harus makmur. Jangan lagi ada orang-orang Banten bawa-bawa sapu ke Jakarta untuk cari-cari kerjaan," Kata Tryana menirukan pesan dari Gus Dur waktu itu.
Mendengar pesan tersebut, Tryana hanya bisa membenarkan. Setelah itu, ia meminta Gus Dur agar segera menandatangani berkas hasil sidang DPOD.
Hari ini merupakan hari ulang tahun provinsi Banten. Perjuangan masyarakat Banten agar menjadi provinsi sendiri sebetulnya telah dimulai ketika daerah ini masih bernama Residen Banten pada tahun 1945 di bawah pimpinan K.H. Achmad Chatib. Di tahun itu kemudian Banten berusaha ingin menjadi provinsi tersendiri karena memiliki keistimewaan bekas Kesultanan Banten.
Sayangnya, Banten tetap menjadi bagian dari Jawa Barat. Undang-Undang No. 14 Tahun 1950 menetapkan Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang adalah bagian dari Jawa Barat. Baru 50 tahun kemudian, daerah ini baru bisa mandiri sendiri menjadi provinsi baru.
Sayangnya, meskipun sudah 16 tahun mandiri, berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, pada September 2014 jumlah penduduk miskin masih 649,19 ribu jiwa. Lalu, pada 2015 di periode yang sama angka itu meningkat menjadi 690,67 ribu jiwa. Jumlah penduduk Banten saat ini sekitar 10 juta jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin berkisar 6 persen.
(bri/try)
Sumber: detik.com