biem.co – Pada hakikatnya, hidup kita adalah melayani orang-orang di sekitar kita. Bagi orangtua, hidup adalah melayani anak. Bagi anak, hidup adalah melayani orangtua. Begitupun bagi karyawan dan pebisnis, hidup adalah melayani pelanggan, baik customer external maupun internal.
Namun, dalam melayani, jangan mau hanya sekadar melayani, berikanlah pelayanan dengan sepenuh hati. Mengapa harus sepenuh hati? Karena hati itu ibarat teko. Apabila di dalam teko air susu maka saat dituang keluarnya susu. Namun apabila di dalam teko yang tersedia air comberan maka yang keluar adalah air comberan.
Bila hati kita bersih maka yang terucap adalah kata-kata yang baik. Sebaliknya, bila hati kita kotor yang keluar adalah kata-kata ketus, sinis, menyakiti, dan mendemotivasi orang lain. Dengan demikian, melayani yang terbaik dimulai dari hati yang bersih. Agar hati bersih, beberapa cara dari motivator Jamil Azzaini ini bisa kita terapkan.
Pertama, pastikan yang masuk ke dalam teko adalah air yang bersih. Dengan kata lain, pastikan yang masuk ke dalam pikiran dan hati adalah informasi atau ilmu yang bergizi. Apa yang kita baca, yang kita dengar, yang kita tonton dan saksikan adalah hal-hal yang positif dan memberi nilai tambah. Selain membuang-buang waktu, membaca, mendengar, dan menonton acara yang tak bermutu itu merusak pikiran dan hati kita.
Kedua, pastikan juga wadahnya atau tekonya bersih. Wadah ilmu itu adalah pikiran dan hati. Maka pastikan melatih diri untuk memiliki pikiran dan hati yang bersih. Jauhkan penyakit-penyakit hati seperti dengki, malas, iri, sombong, ingkar, dan sejenisnya. Yakinlah bahwa pasti ada kebaikan dan hikmah di setiap peristiwa.
Ketiga, pastikan bahwa setiap orang yang kita layani itu mulia. Begitu kita bertemu dengan orang lain tanamkan dalam hati, “Ini orang penting, oleh karena itu saya harus memuliakannya dan melayaninya dengan sepenuh hati.”
Kita semua adalah pelayan dan yang memenangkan persaingan di antara kita adalah yang melayaninya dengan sepenuh hati. (red)