Puisi-puisi Maulidan Rahman Siregar
Desember
puisiku habis masa aktifnya
puisiku gulung tikar
puisiku tutup buku
puisiku pamit
puisiku undur diri
meminta ampun, memohon maaf
mengucap terima kasih
puisiku mati
dimandikan, dikafankan, disalatkan, dikuburkan
puisiku konon di surga
ia sedang membaca sajak
penyair perempuan yang disukainya sampai mati
2 bidadari di sebelahnya cemburu
;mereka menenggelamkan dirinya dalam banjir madu
puisiku malu-malu
ketika diajari Tuhan secara langsung bagaimana menulis,
bagaimana cara membaca.
puisiku bandel
makan buah kuldi
turun ke Bumi lagi
puisiku hidup
katanya, "senang betul di sosial media".
2 Desember 2014
Desember 2
puisiku mati bunuh diri
terkoyak pena tajam
termakan kata-kata
puisiku mati penulisnya
kata-kata menjadi amat kacau
ejaan sakit dalam paragraph
hilang, ia
entahlah, di mana ia
puisiku jadi lagu
perayaan pilu, dinyanyikan dengan amat sedih
Desember, 2014
Desember 3
Puisiku ke luar negeri
bertamu pada Pablo Neruda
mencari cinta untuk dipelajari sendiri
pada narasi-narasi tersembunyi
puisiku kehabisan ongkos
tersesat mencari jalan pulang
tak bisa kembali
Pariaman, Desember 2014
Desember 4
/1/
puisiku setangkai natal
selebrasi pagi sejak awal bulan
dihadiahkan untuk mengunjungi kesepian
dikirim lewat hujan
yang turun dari mata
/2/
puisiku perayaan hikmat
bagi diri sendiri yang keparat
puisiku menjauhi taubat
berlari bersama kepala tersesat
/3/
puisiku ditegur Tuhan
Ia teriak sekuat-kuatnya
Padang-Pariaman, 2014
Maulidan Rahman Siregar, lahir di Padang, Sumatra Barat, 3 Februari 1991. Menyelesaikan pendidikannya di IAIN Imam Bonjol Padang. Kini tinggal dan bekerja di Padang Pariaman. Puisinya disiarkan Singgalang, DinamikaNews, Metro Riau, Harian Rakyat Sumbar, Mata Banua, DetakPekanbaru dan tarmijahislamijah.com.