KABUPATEN PANDEGLANG, biem.co – Ekskul pegiat menulis dan jurnalistik Mabasa (Mading Bahana Samakta) SMA Negeri 2 Pandeglang sukses menyelenggarakan Workshop Jurnalistik dengan tema Satu Goresan, Sejuta Perubahan, Jumat (28/09).
Acara ini tak hanya dihadiri oleh siswa dan siswi SMAN 2 Pandeglang saja, namun hadir pula siswa dari SMAN 6 Pandeglang, SMAN 8 Pandeglang, SMA 13 Pandeglang dan SMAN 14 Pandeglang, dengan total jumlah peserta sebanyak 135 orang.
Workshop ini dibuka oleh Ibu Kepala Sekolah SMAN 2 Pandeglang, Lilis Lismunah. Dalam sambutannya, ia menyampaikan bahwa generasi muda masa kini tak hanya pintar menggunakan gawai, namun juga harus pandai segalanya lewat membaca buku.
“Di samping pintar ngotak-ngatik handphone atau komputer, kita harus banyak baca. Membaca tak melulu harus buku pelajaran, banyak buku lain yang juga banyak terkandung pelajaran. Terutama Al-Qur’an pedoman hidup kita. Banyak yang bisa kita kaji dari Qur’an, ” tuturnya.
Di sesi 1, acara inti diisi oleh materi jurnalistik mulai pukul 09:00- 11:00 WIB, disampaikan oleh Resti Meidiyani Dimyati, perwakilan dari biem.co, salah satu media online di Banten. Dalam paparannya, ia mengaku bahwa menjadi jurnalis sangat menyenangkan dan menambah wawasan.
“Banyak yang bisa kalian dapatkan ketika menjadi jurnalis. Selain ilmu dan pengalaman, juga bisa bertemu banyak orang berpengaruh serta mendapatkan banyak kesempatan dan pengalaman untuk hadir ke acara-acara spektakuler yang belum tentu didapatkan seumur hidup sekali,” ungkap jurnalis jebolan Akademi Indonesia Kreatif (Aika) 2016 itu.
Saat ditemui usai memberikan materi, Resti menuturkan bahwa membaca adalah satu-satunya jalan untuk menulis.
“Untuk bisa menulis, kita harus banyak membaca. Kok bisa? Karena dengan membaca kita akan mendapat banyak gagasan dan inspirasi. Dan membaca nggak melulu harus baca buku. Membaca kondisi, membaca perilaku orang, membaca situasi atau membaca bahasa tubuh orang lain,” jelas, perempuan kelahiran Pandeglang itu.
Lebih lanjut, Resti memaparkan bahwa para jurnalis senior di biem.co pun demikian, mereka bisa membuat banyak berita dalam sehari dengan mudah.
“Sebab mereka meliput langsung kejadiannya, membaca situasi dan kondisi yang terjadi ditambah informasi dari narasumber. Lalu, langsung menuangkannya ke dalam bentuk tulisan. Kalau saya sih masih belajar ke tahap itu,” tuturnya.
Berita palsu atau hoaks yang merajalela mengharuskan kita untuk pintar-pintar dalam membaca banyak bahan berita. Terlebih generasi muda di usia SMA yang kadang labil dan mudah terpengaruh.
“Berita tak melulu kaku layaknya hardnews, adapula softnews yang gaya tulisannya sesuai dengan selera kalian. Karena softnews lebih mengulas tentang gaya hidup atau fakta-fakta terkini yang nggak akan pernah basi. Untuk itu, jangan mudah terpengaruh berita yang tiba-tiba viral. Baca juga berita lain yang mudah didapatkan hanya dengan klik berita lewat gawai kalian,” tutup Resti. (red)