LEBAK, biem.co – Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan, (31/3) mengatakan,budaya membaca perlu ditumbuhkan di lingkungan sekolah sebagai perwujudan dari Permendikbud nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
“Semua sekolah bisa memulai lima belas menit sebelum pembelajaran dengan membaca. Kita ingin membaca menjadi pembiasaan, sehingga ini yang disebut budaya baca,” ujarnya.
Hal ini disampaikannya dalam acara peluncuran “Gerakan Indonesia Membaca” yang dilaksanakan di kampus La Tansa Mashiro, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Anies menegaskan, peluncuran gerakan ini menjadi tidak bermakna jika tidak ada proses pembiasaan membaca. “Mari kita tingkatkan minat baca dan daya baca!” tegasnya.
Bupati Lebak Hj. Itih Octavia Jayabaya yang mengawali sambutan, sebelumnya berpendapat bahwa pembangunan perpustakaan di Kabupaten Lebak mengalami peningkatan meski pengadaan buku masih minim. Pesatnya sarana membaca seperti perpustakaan, taman bacaan dan kegiatan kemasyarakatan turut andil dalam meningkatkan tingkat literasi masyarakat Lebak.
Untuk mendukung pengadaan buku di Kabupaten Lebak, Pemerintah Kabupaten Lebak menerima hibah dari berbagai lembaga, di antaranya dari USAID PRIORITAS.
Koordinator Provinsi Banten USAID PRORITAS, Rifki Rosyad, menyerahkan secara simbolis paket buku bacaan berjenjang kepada Bupati Lebak.
Di Kabupaten Lebak, sedikitnya ada 125 sekolah yang akan menerima hibah buku bacaan berjenjang dengan total 76.500 buku. Sebanyak 500 guru kelas awal dan kepala sekolah perlu dilatih untuk menggunakan buku bacaan berjenjang ini. Pelatihan berbasis gugus, 18 gugus di kecamatan Rangkasbitung dan Bayah. Fasilitator pelatihan berjumlah 8 orang yang sudah diseleksi dan dilatih sebelumnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anies Baswedan juga mengunjungi lokasi pameran yang terletak di lapangan terbuka.
Chantika, siswa SMP asal Lebak sebagai informan bilik pameran USAID PRIORITAS tampak antusias menjelaskan buku hasil karya siswa yang dipajangkan.
“Membaca itu tidak hanya menambah wawasan saja tetapi juga meransang kami untuk berimajinasi dalam menulis seperti cerpen yang dibukuan ini,” kata Chantika sambil menunjukkan buku terbitan sekolah. Hasil cerpen tulisan siswa kemudian diseleksi oleh pihak sekolah dan diterbitkan secara mandiri. (red)