biem.co — Hikmah dan nasihat tak hanya datang dari kiai dan motivator kelas dunia. Ilmu dan inspirasi bisa diambil dari orang remeh-temeh yang tak masuk dalam perhitungan jari manusia umumnya.
Kisah ini dialami langsung oleh Ustaz Herman Budianto. Dai asal Depok, Jawa Barat ,yang sehari-hari bekerja di lembaga kemanusiaan Dompet Dhuafa.
Mahasiswa pascasarjana Tafsir dan Hadits di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, ini menuai pelajaran langsung dari sopir angkot yang mengantarnya ke kantor Dompet Dhuafa di bilangan Ciputat. Berikut kisah sang ustaz yang dikutip dari akun Facebook-nya, Herman Budianto.
Ketika sedang menunggu angkot, tiba-tiba muncul angkot yangg dikendarai pria cukup gondrong, agak seram wajahnya tetapi terlihat ramah.
“Ayo, Pak Haji, naik, langsung nih tidak ngetem,” sapa sopir.
Saya pikir ini strategi marketing para sopir yang menawarkan dengan bahasa manis, memanggil penumpang dengan sebutan haji dan tidak ngetem, karena biasanya tetap akan ngetem.
Akhirnya saya naik angkot tersebut, hanya saya terdapat dua penumpang di angkot ini. Tidak lama, penumpang satunya turun, maka tinggal saya sendiri. Saya berpikir kasihan juga sopir ini kalau hanya ada satu penumpang.
Saya mulai aja ngobrol.
“Pak, tidak ngetem dulu saja? Kan penumpang hanya saya.”
“Tidak, Pak Haji, saya sih tidak biasa ngetem, males dan bikin penumpang tidak suka juga.”
“Terus gimana dengan penumpang yang sepi begini, apa cukup untuk setoran?” lanjut saya.
“Alhamdulillah, Pak Haji, selama ini selalu ada rezeki Allah. Sambil nyetir begini saya sambil terus zikir dan berdoa agar rezeki lancar,” lanjut sopir.
“Masya Allah, bagus sekali, Pak, zikir apa yang biasa dibaca, Pak?” tanya saya.
“Pernah denger pengajian di masjid, Pak Haji, disuruh membiasakan baca istighfar sebanyak-banyak. Insya Allah akan diampuni Allah dan rezeki akan lancar,” lanjut beliau.
“Alhamdulillah, bagus sekali, Pak, semoga terus dilanjutkan zikirnya dan semoga rezeki makin lancar," lanjut saya.
Tidak beberapa lama ada penumpang naik 1 orang, terus dilanjut lagi 2 dan akhirnya hampir penuh angkot ini. Padahal saya lihat angkot lain banyak yang kosong.
“Kiri, Pak, saya turun di Dompet Dhuafa,” kata saya.
“Oooh, Pak Haji kerja di Dompet Dhuafa, tidak usah bayar, Pak Haji, anak saya pernah dibantu waktu sakit,” beliau berkata sambil tersenyum dengan mata berbinar.
“Alhamdulillah, Pak, semoga putranya terus sehat, tapi saya tetap bayar, ya,” jawab saya sambil memberikan uang dengan agak memaksa.
“Assalamualaikum," kata saya sambil pergi.
Terdengar jawaban sopir, “Waalaikumussalam.” (red)
source: republika.co.id