biem.co — Bagaimana menjadi guru favorit? Pertanyaan ini kerap diajukan kepala sekolah demi kemajuan sekolah dan keberhasilan pembelajaran. Abdul Napidun, Kepala SMP Plus Islamic Village Karawaci Kabupaten Tangerang misalnya, mengajukan penyelenggaraan pelatihan diseminasi modul USAID PRIORITAS setelah melihat keberhasilan sekolah mitra USAID PRIORITAS dalam mengelola pembelajaran dan manajemen sekolah.
Menindaklajuti hal ini, sejumlah guru SMP di bawah naungan Yayasan Islamic Village pun dilatih pembelajaran kontekstual selama empat hari. Di hari terakhir, peserta langsung praktik mengajar di kelas masing-masing. Pelatihan swadana ini dilaksanakan pada hari Jumat-Senin (26-29 Februari 2016) lalu di gedung Islamic Center, Karawaci.
Nicky Noberta, fasilitator pelatihan mengatakan, selama empat hari, para guru dilatih tentang pembelajaran kontekstual yang mengharuskan pengajar mempersiapkan materi sesuai dengan fakta dan kehidupan siswa. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar, bukan hasil belajar.
"Metode yang dilatihkan kepada para guru dalam pelatihan tersebut akan membantu siswa mengalami hal yang dipelajarinya. Pada akhirnya siswa tidak sekadar mengetahui saja tetapi siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dengan menerapkannya sesuai realita, semisal matematika dalam kehidupan sehari-hari,” tutur Nicky.
Fenomena mengajar ceramah kini bukan lagi metode yang disukai oleh siswa. Hal ini dialami oleh Maibetiarni, salah seorang guru yang sudah mengajar selama 19 tahun.
“Jika guru sudah mulai ceramah, siswa hanya duduk, diam dan dengar. Siswa jadi tidak aktif. Kami pun lelah sendiri di kelas,” katanya.
Dia bercerita kembali manfaat pelatihan yang baru diperolehnya, “Lewat pelatihan yang baru ini, saya jadi paham ada banyak metode yang bisa diterapkan sehingga siswa aktif menemukan sumber belajar misalnya diskusi, kunjung karya, presentasi.”
Demikian pula pengalaman Dyah, guru IPA yang juga ikut serta dalam pelatihan. Meski sudah menerapkan kurikulum 2013 di kelasnya namun strategi yang ditawarkan dalam pelatihan menjadi pengalaman tersendiri untuk segera diterapkan usai pelatihan.
“Kurikulum 2013 sudah diterapkan di sini. Namun pelatihan ini membantu saya untuk meningkatkan ketrampilan menulis siswa. Seperti diketahui bahwa ketrampilan menulis siswa masih rendah apalagi dalam IPA,” kata Dyah yang sudah mengajar sejak tahun 2006.
Sejalan dalam upaya peningkatan kompetensi guru, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang baru-baru ini juga menyelenggarakan pelatihan untuk pelatih (ToT) lapis dua yang dimaksudkan untuk memperbanyak tenaga fasilitator tingkat kabupaten.
“Sejalan dengan upaya Kemendikbud dalam pembinaan guru, Kabupaten Serang telah melakukan pelatihan diseminasi untuk para tenaga fasilitator tahap dua yang didanai oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Novianto Soejatno, Koordinator Kabupaten Serang USAID PRIORITAS (26/2). Novianto mengatakan para tenaga fasilitator yang sudah terlatih ini nantinya akan membantu pengembangan profesionalisme guru sehingga guru dapat memenuhi standar kompetensinya. (red)