biem.co — Sahabat, dalam kehidupan ini, seringkali kita tanpa sadar "menyiksa" diri dengan menggenggam erat sesuatu yang semestinya sudah harus kita lepaskan. Karena, pada hakikatnya tidak ada yang benar-benar menjadi hak kita selamanya. Segalanya akan bermuara pada kata sudah dan selesai.
Mari kita belajar dari kisah sederhana ini. Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Saat ia menginjakkan kakinya ke tangga bus, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi.
Bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.
Tindakannya ini membuat seorang pemuda yang duduk dalam bus itu dan bertanya heran kepada si bapak.
"Aku memperhatikan apa yang Bapak lakukan. Mengapa Bapak melemparkan sepatu Bapak yang sebelahnya juga?" tanyanya.
Si bapak tua menjawab, "Supaya siapa pun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya."
Sahabat biem, si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup , bahwa jangan bersikukuh mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.
Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup kita. Pada awalnya, kita sering merintih di setiap proses kehilangan. Ada perasaan tidak adil yang merisaukan kita. Tapi, sadarkah kita bahwa itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita? Seperti bapak tua dalam kisah tadi, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu.
Sebagai makhluk yang percaya Tuhan, bapak tua itu meyakini bahwa Tuhan sudah menentukan, memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.
Ketika satu sepatu hilang, dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela, sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.
Berkeras hati dan berusaha mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan, atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.
Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya. Karena tiada badai yang tak berlalu. Tiada pesta yang tak pernah usai. Semua yang ada di dunia ini tiada yang abadi. Dan percayakah kamu? Bahwa bukti paling shahih dari mencintai adalah dengan melepaskannya. (red)