InspirasiOpini

‘Jangan Tinggalkan Kami, Bu Guru’

 

Oleh Nurhasanah

 

 

Daun hijau dipenuhi butiran bening yang turun dari langit. Jalanan di kampung tempatku mengabdikan diri pun semakin licin. Tak terasa, kini sudah semakin dekat waktu akan berpisah dengan siswaku dan juga warga kampung di tanah seribu santri ini. Pengabdian, tanpa terasa, akan berakhir. Ah, aku tak tahu, yang aku rasakan ini disebut apa namanya. Ini mungkin campuran rasa sedih dan haru. Namun, terkadang ada rasa bahagia yang menyusup di antara keduanya. Akhirnya penantian orangtuaku di tanah Medan nun di sana juga akan tiba.

 

Oh ya, namaku Nurhasanah. Satu tahun yang lalu aku menginjakkan kaki di ujung barat Pulau Jawa ini. Orang-orang menyebutnya negeri Banten. Ah, entahlah, tak pernah terbayangkan olehku bahwa takdir membawaku sampai ke negeri ini. Aku orang Medan, Sumatra Utara. Dan berkat Dompet Dhuafa, melalui program Sekolah Guru Indonesia (SGI), aku akhirnya merasakan bagaimana rasanya diserbu rindu saban hari. Tapi itu tak seberapa dibanding besarnya cintaku pada siswa-siswaku di sini. Mereka lebih penting dan mereka membutuhkan aku. Membutuhkan kita.

 

Sore itu aku terbangun dari tidur. Terlelap sejenak karena keletihan usai berkunjung dari tempat pengabdian teman-teman sesama relawan SGI. Samar-samar, kupingku menangkap suara-suara mungil. Aku mencoba mencari tahu siapa gerangan pemilik suara-suara itu. Ternyata mereka adalah para siswaku. Aku pun memanggil mereka untuk mengadakan kegiatan membaca buku di rumah yang aku tinggali.

 

“Anak-anak, kalian lagi ngapain? “ tanyaku.

 

“Nggak ada, Bu,” jawab salah seorang anak.

 

“Dari pada bengong  di situ, mendingan ke sini, deh,” ajakku.

 

Mereka bergegas berlari ke arahku. Dengan wajah yang penuh harapan, mereka tersenyum kepadaku.

 

“Ada apa, Bu?” tanya Agus.

 

“Mau baca buku nggak?”

 

“Mau, Bu!” jawab mereka serentak.

 

“Baik, kalau begitu, tunggu di sini, ibu mau ambilkan buku untuk kalian,”ujarku.

 

Dengan sigap, aku bergegas pergi ke kamar, mengambil beberapa buku.

 

“Sekarang kalian pilih nih, mau baca buku yang mana?”

 

Kemudian, tangan-tangan mungil para siswaku mengambil buku dan mereka langsung membacanya. Hanya beberapa menit saja buku-buku tersebut sudah mereka lahap.

 

“Nah, ibu mau tanya nih, buku yang ini isi ceritanya apa? Yang bisa jawab silakan acungkan tangannya!”

 

“Itu tentang orang utan yang dimasukkan ke tempat penangkaran hewan,” Irpan menjawab.

 

“Ya, benar,” aku memuji keberanian Irpan untuk menjawab.

 

***

 

Tak terasa, azan Magrib berkumandang, tandanya malam sudah hampir hampir tiba. Siswaku yang laki-laki segera berlarian ke masjid di dekat sekolah tempatku mengajar. Namun, ada beberapa siswa perempuan yang masih tertinggal di rumah induk semangku.

 

Salah seorang di antara mereka menatapku. Lama. Lalu bening berpendar di sana dan tumpah.  Aku gelagapan. Panik, kutanya perihal sebab kenapa dia menangis. Dia hanya memalingkan wajahnya dengan bibirnya yang hitam. Tak menjawab tanyaku.

 

“Kamu kenapa menangis, Sayang?” tanyaku sembari mengusap kepalanya.

 

Anak itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Berusaha menyembunyikan tangisnya. Namun aku sudah keburu menangkap sedih yang bersarang di matanya.

 

Aku masih diliputi kebingungan. Mungkin saja tadi di rumah dia dimarahi orang tuanya, pikirku.

 

“Kenapa nangis sih, Sayang?” kucoba menanyainya lagi dengan nada yang lebih lembut. Berharap dia mau memberi tahu.

 

“Aku sedih, ibu sebentar lagi gak di sini. Ibu Guru, jangan tinggalkan kami,” jawabnya. Tangisnya pecah. 

 

“Ibu guru jangan pergi, nanti gak ada yang ajari kami lagi,” lanjutnya sambil menangis.

 

Diam.

 

Tenggorakanku kelu. Aku hanya bisa terdiam. Membisu. Tanpa kata, hanya bisa terharu melihat anak ini menangis. Kubawa dia ke pelukanku. Ah, terima kasih anak-anakku, semoga di lain waktu kita akan bertemu kembali. [*]


Nurhasanah, relawan Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa wilayah penempatan Pandeglang, Banten. 

 

Editor:

Tulisan yang Tak Kalah Menarik

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button